Selasa 21 Jan 2020 00:04 WIB

Joserizal Jurnalis, Mengenang Nyali Pahlawan Kemanusiaan (1)

Joserizal Jurnalis salah seorang penggagas pembangunan RS Indonesia di Gaza.

Keluarga dan kerabat menghadiri prosesi pemakaman pendiri lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committe (MER-C) Joserizal Jurnalis di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Senin  (20/1)).
Foto: Thoudy Badai_Republika
Keluarga dan kerabat menghadiri prosesi pemakaman pendiri lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committe (MER-C) Joserizal Jurnalis di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Senin (20/1)).

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh Fuji Eka Permana / Wartawan Republika.co.id

Dunia kemanusiaan dan dunia Islam tertegun berduka cita mendengar berita kepergian sosok pahlawan kemanusiaan, Joserizal Jurnalis pada Senin (20/1) dini hari. Sejumlah tokoh masyarakat, aktivis kemanusiaan, ulama, pejabat negara dan orang-orang yang mengenal kiprahnya berduka cita.

Baca Juga

Joserizal salah satu pendiri Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) ini lahir di Padang, Sumatra Barat pada 11 Mei 1963 dan tutup usia pada 20 Januari 2020. Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) ini salah seorang penggagas pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza, Palestina yang dimulai tahun 2009.

Banyak kisah heroik Joserizal yang tersimpan dalam memori sahabat-sahabat seperjuangannya di MER-C. Seperti saat almarhum terpaksa mengamputasi tulang korban konflik dengan gergaji kayu di daerah konflik. Serta saat mengobati korban perang di antara bisingnya suara ledakan bom dan desing peluru.

Ketua Presidium MER-C, Henry Hidayatullah menceritakan aksi heroik sahabatnya ketika bertugas di Maluku. Sekitar tahun 1999 saat terjadi konflik di Maluku, dia dan Joserizal menemui banyak korban konflik tergeletak di sebuah masjid.

"Banyak korban konflik tidak terurus, ada pasien yang terkena panah di bahunya, lima hari di masjid tidak tertangani, di sana kita lakukan operasi mengangkat anak panah dan mengobati korban yang terluka," kata Henry bercerita kepada Republika, Senin (20/1).

Ia mengatakan, masih tentang aksi kemanusiaan yang heroik di Maluku. Karena kekurangan peralatan medis dalam kondisi sangat darurat, Joserizal terpaksa mengamputasi tangan korban konflik menggunakan gergaji kayu. Bahkan operasi amputasi tersebut dilakukan di halaman rumah. Orang tersebut selamat dari kematian setelah mendapatkan perawatan medis dari Joserizal dan timnya.

Aksi heroiknya tidak hanya di dalam negeri, Henry bercerita, pada suatu ketika Joserizal berangkat ke Afghanistan untuk membantu korban perang. Banyak korban yang mengalami luka bakar dan terkena serpihan bom. Tepat di bulan Ramadhan ketika sedang mengobati korban perang, pesawat tempur Amerika Serikat (AS) menembakkan rudal-rudalnya. 

Spesialis bedah orthopedi dan traumatologi ini memiliki banyak pengalaman menolong korban konflik dan perang. Seperti konflik dan perang di Maluku, Mindanao, Afghanistan, Irak, Palestina dan daerah-daerah lainnya. Medan yang berbahaya tidak menyurutkan niatnya memberikan pertolongan kepada umat manusia dari berbagai macam latar belakang.

Sekitar tahun 2009, Henry menyampaikan, Joserizal bersama MER-C memprakarsai pembangunan RSI di Gaza, Palestina. RSI yang menjadi ikon Indonesia di Palestina ini telah banyak menolong masyarakat Gaza. Kini pembangunan tahap kedua RSI sudah hampir selesai 100 persen. Tujuan pembangunan tahap kedua agar semakin banyak pasien yang dapat tertolong.

Belum lama ini, MER-C bersama mitranya juga mendirikan RS Persahabatan Indonesia-Myanmar di Myaung Bwe Village, Mrauk U Township, Rakhine State. Melalui RS yang menjadi simbol Kebhinekaan itu MER-C mengharapkan umat Islam dan Buddha di Myanmar dapat mengaplikasikan Kebhinekaan dalam kehidupan mereka sehari-hari seperti umat beragama di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement