REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- College of Islamic Studies (CIS), yang merupakan bagian dari Universitas Hamad bin Khalifa (HBKU) di Doha, Qatar, membekali para pemimpin agama tentang kontribusi pada pemikiran Islam dalam konteks global kontemporer. Pembekalan ini dilakukan dalam program Winter Intensive School sebagai bagian dari Proyek Wacana Madrasah. Proyek ini bekerja sama dengan Universitas Notre Dame di Indiana, Amerika Serikat (AS).
Winter Intensive School ini terbuka bagi lulusan Madrasah dari India dan Pakistan. Program ini berlangsung dari 25-30 Desember 2019 lalu.
Proyek Wacana Madrasah sendiri bertujuan untuk membekali para pemimpin agama di masa depan agar mereka percaya diri dalam berdebat dan berkontribusi pada pemikiran Islam dalam konteks global kontemporer. Kolaborasi ini berdampak langsung pada bagaimana Islam diajarkan di anak benua India.
Sebanyak 44 siswa ambil bagian di sekolah tersebut. Program sekolah pada Desember lalu merupakan salah satu dari dua pertemuan tahunan kelompok tersebut. Sepanjang sisa tahun 2019, siswa juga mengikuti pelatihan intensif melalui konferensi video.
Program lengkap ini berlangsung selama periode tiga tahun. Siswa juga diberi kesempatan untuk terlibat dalam bacaan terbimbing dan debat terbuka tentang masalah sosial dan global kontemporer. Tahun ini, tema yang diusung adalah 'Pertemuan Humaniora Barat dan Muslim: Sains, Hermeneutika, Toleransi'.
Selama lokakarya yang berlangsung lima hari itu, para pakar mempresentasikan dan membahas topik-topik seperti sejarah sains, toleransi, epistemologi, evolusi, dan banyak hal lainnya. Para pakar tersebut di antaranya, Dr Ebrahim Moosa dari Universitas Notre Dame di AS, Dr SherAli Tareen dari Franklin dan Marshall College di AS, Dr Waris Mazhari dari Jamia Hamdard di India, Dr Ammar Khan Nasir dari Akademi Al Shairia di Pakistan, dan Dr Josh Lupo dari Universitas Notre Dame dan dosen tamu Dr Sohaira Siddiqui dari Sekolah Layanan Luar Negeri Universitas Georgetown di Qatar, Dr Rana Dajani dari Universitas Hashemite di Yordania, dan Dr Idrees Azad dari International Islamic University di Pakistan.
Peserta memiliki kesempatan untuk terlibat dalam diskusi setelah kuliah, mengajukan pertanyaan kritis tentang masa lalu dan masa depan Islam di Asia Selatan.
Selain itu, siswa mendapat kesempatan untuk mengunjungi Perpustakaan Nasional Qatar, Museum Perbudakan dan Museum Seni Islam.
Dr Moosa dari Universitas Notre Dame mengungkapkan soal dampak dari program ini. Ia mengatakan, pihaknya telah melihat adanya transformasi besar dalam dua kohort sebelumnya dari Proyek Wacana Madrasah. Setelah dua tahun, menurutnya, para peserta mengajukan pertanyaan yang lebih dalam dan lebih kompleks. Ia mengatakan, banyak yang merasa kembalinya tradisi itu menggembirakan dan menantang karena juga melibatkan keterlibatan dengan pengetahuan kontemporer dalam pemikiran keagamaan Muslim.
"Ini adalah bagian dari beberapa pekerjaan paling memuaskan yang saya lakukan dalam karir saya. Di India dan Pakistan, para peserta dengan percaya diri mengajukan pertanyaan baru untuk menyelesaikan masalah-masalah sulit seperti penistaan agama, bersama dengan masalah lain," kata Moosa, dilansir di Gulf Times, Selasa (7/1).