REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sedekah merupakan salah satu dari sekian banyak anjuran dalam Islam. Ustazah Saanih dari Majelis Taklim As-Syafi'iyah mengatakan, sedekah bisa dilakukan oleh umat Muslim tanpa perlu menunggu kaya raya.
Menurut beliau, rezeki telah diatur oleh Allah dengan sedemikian rupa. Karena telah diatur itulah, manusia diperlukan menyisihkan hartanya untuk mereka yang mengalami kesulitan. Beliau juga menjabarkan dengan bersedekah, sejatinya seorang hamba telah menolong dirinya sendiri dari kebatilan.
"Sedekah nggak perlu tunggu jadi orang kaya, berpangkat, atau punya ini itu. Kebanyakan alasan nanti jatuh-jatuhnya, dibiasakan saja (bersedekah), langsung mulai," kata Ustazah Saanih kepada Republika.co.id, pekan lalu.
Agar sedekah menjadi budaya sehari-hari, beliau memberi tips kepada kaum Muslimin agar dapat terus bersedekah tanpa perlu merasa berat. Misalnya, dengan menyisihkan sejumlah uang tertentu yang dikadarkan dengan pembelian barang atau makanan per bulan yang bukan bagian dari kebutuhan primer.
Dia menyebut, dengan mengurangi beberapa pengeluaran yang bukan bagian dari kebutuhan primer, nilainya bisa disalurkan untuk keperluan sedekah. Baginya, sedekah merupakan bagian dari kebutuhan hidup. Sehingga ketika kebutuhan itu tak ditunaikan, maka ia mengaku akan sangat menyesal telah meninggalkannya.
"Kalau dalam seminggu kita biasa makan bakso dua kali misalnya, kita pangkas saja jadi sekali. Jatah satu porsi baksonya itu, kita sedekahkan," ujarnya.
Dengan menjadikan sedekah sebagai kebutuhan, hal itu bisa dilaksanakan dalam kondisi apa pun baik usai mendapatkan gaji, bisnis yang lancar, maupun dalam keadaan tengah mengalami musibah sekali pun. Namun, sedekah harus dibiasakan dengan ikhlas dan tanpa riya atau ingin pamer. Orang-orang yang bersedekah pun merupakan salah satu dari tujuh golongan orang yang mendapatkan naungan di akhirat kelak.
Hal ini sebagaimana yang dipesankan Rasulullah dalam hadits riwayat Bukhari Muslim, berbunyi: "Wa rajulun tashaddaqo bi shadaqotin fa akhfaha hatta la ta'lama syimaluhu ma tunfiqu yamiynuhu". Artinya: "Orang yang sedekah dan menyembunyikannya sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang sudah disedekahkan tangan kanannya".
Beliau menambahkan, sesungguhnya parameter sedekah itu bukanlah besar kecilnya penghasilan kita. Namun parameternya adalah seberapa luas hati manusia untuk mau saling berbagi. Luasnya hati tersebut akan membuka mata dan jiwa kita terhadap kesulitan orang lain.