Kamis 19 Dec 2019 18:03 WIB

Hari ini, 19 Desember Dunia Peringati Wafatnya Imam Ghazali

Imam Ghazali meninggalkan warisan intelektual yang berharga.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Sampul depan Kitab Tahafut al-Falasifah karya Imam al-Ghazali.
Foto: Wikipedia.org
Sampul depan Kitab Tahafut al-Falasifah karya Imam al-Ghazali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hari ini, Kamis (19/12), Muslim di seluruh dunia memperingati wafatnya filsuf dan teologi Muslim Persia yang terkenal, Imam Al-Ghazali, yang ke-908 sejak kematiannya. Cendekiawan Islam yang memiliki nama Abu Hamid al-Ghazali ini wafat pada 19 Desember 1111 silam di Tus, Iran.  

Dilansir di Anadolu Agency, Kamis (19/12), tokoh Muslim terkemuka ini juga dikenal sebagai pemikir, ahli hukum, dokter, dan ahli tasawuf yang sangat berpengaruh di dunia Islam. 

Baca Juga

Al-Ghazali lahir pada 1058 di Tus di Iran timur. Dia juga menerima pendidikan dasar di sana. Al-Ghazali kemudian berkelana ke kota-kota di Jorjan dan Nishapur di Iran untuk menimba ilmu dari al-Juwainy, seorang ulama besar pada masanya dan imam dari dua kota suci Makkah dan Madinah. 

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Nishapur, dia pergi ke Baghdad, Irak, atas undangan wazir terkenal dari Negara Seljuk, Nizam al-Mulk, yang merupakan sosok teladan dari ilmu pengetahuan dan sastra.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Nishapur, dia pergi ke Baghdad atas undangan wazir terkenal dari Negara Seljuk, Nizam al-Mulk, yang merupakan pelindung ilmu pengetahuan dan sastra. 

Terkesan oleh kebijaksanaan dan kecemerlangannya, wazir Seljuk mengangkatnya sebagai profesor kepala Sekolah Tinggi Nezamiyah di Baghdad pada 1091. Nezamiyah Colleges adalah salah satu institusi pendidikan tinggi terorganisir pertama di dunia Muslim. 

Ulama Abad Pertengahan ini mengangkat banyak cendekiawan Islam terkenal, seperti Abu Mansur Mohammad, Mohammad bin Es'ad et-Tusi, Abu al-Hasan el-Belensi dan Ebu Abdullah Cumert el-Huseyni. 

Ghazali sangat dihormati  para ilmuwan, kepala negara, dan orang-orang pada masanya. Setelah belajar di Nezamiyah Colleges selama lebih dari tiga tahun. al-Ghazali kemudian meninggalkan Baghdad ddan pindah ke Damaskus. 

Di Damaskus, dia mendedikasikan dirinya untuk menulis karya terhebatnya yaitu Ihya Ulumiddin.  Buku ini menjelaskan doktrin dan praktik Islam, yang bertujuan untuk menunjukkan bagaimana dua rukun Islam dapat menjadi dasar kehidupan bakti yang mendalam. 

Al-Ghazali lantas pindah ke Yerusalem dan menulis al-Maqshad al-Asm yang merupakan penjelasan dari 99 nama Allah.  

Ghazali pernah berziarah ke Makkah setelah tinggal di Yerusalem untuk sementara waktu, dan kemudian kembali ke Baghdad. Salah satu pencapaian terpenting Ghazali dalam sains adalah menyangkal asumsi para filsuf dan ilmuwan Eropa bahwa Bumi itu datar. Ghazali justru mengumumkan bahwa bumi itu bulat.

Beliau juga melakukan banyak penelitian di bidang kedokteran dan menjelaskan bagaimana hati membersihkan dan mendetoksifikasi darah. Ghazali kemudian pindah ke kota asalnya di Tus di Iran dan mengerjakan buku-bukunya. 

Ghazali menulis kitab berjudul Misykat al-Anwar (Ceruk untuk Cahaya) yang menggambarkan tasawuf. Banyak Muslim pada waktu itu menganggap Ghazali sebagai mujaddid, seorang pembaru agama yang muncul sekali dalam seabad. Menurut ilmuwan Mesir Abdurrahman Badawi, Ghazali menulis 457 buku. Tetapi, hanya 75 karya yang bertahan. (Kiki Sakinah)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement