Kamis 14 Nov 2019 07:07 WIB

Kebijakan Ekonomi Ottoman Seusai Penaklukan Konstantinopel

Sultan Mahmud II memberikan kapitulasi setelah penaklukan Konstantinopel.

Pasukan Ottoman dalam peperangan Varna, Bulgaria.
Foto: Wikipedia.org
Pasukan Ottoman dalam peperangan Varna, Bulgaria.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kebijakan Ottoman menberikan konsesi ekonomi membantu kesultanan memperkuat fondasi ekonominya. Sultan Mahmud II pun leluasa menjalankan roda pemerintahan.

Mustafa Serdar Palabiyik dalam tesisnya di Middle East Techncial University, Ankara, berjudul “Contribution of the Ottoman Empire to the Construction of Modern Europe”, konsesi yang diberikan kepada tiga negara kota dari Italia itu adalah awal dari jalinan hubungan ekonomi yang lebih erat antara Ottoman dan Eropa, walau dijalin di antara konflik dan peperangan. Penaklukan Bosnia Herzegovina pada 1482 membuat Ottoman akhirnya bertetangga dengan salah satu kekuatan ekonomi di Mediterania, Republik Ragusa.

Baca Juga

Komunitas saudagar Ragusa di Nis, Novibazar, dan Skopje merupakan pendukung vital bagi upaya ekspansi Ottoman di Balkan karena mereka bisa berperan sebagai penggerak kegiatan ekonomi kawasan.

Pedagang Ragusa memonopoli perniagaan garam di Balkan, bisa menjadi pengumpul pajak bagi Ottoman, mengimpor tekstil dari Eropa Barat, dan mengekspor hasil tambang Balkan ke Italia. Atas jasanya yang besar kepada Ottoman, pedagang Ragusa menjadi penerima konsesi berikutnya yang dimulai pada 1460.

Bentuk kapitulasi atau konsesi yang diterima Ragusa hampir mirip dengan yang diterima ketiga negara kota Italia sebelumnya, ditambah adanya aturan bahwa Ragusa akan berperan sebagai pengatur hubungan dagang antara Ottoman dan negara-negara sekitarnya di Balkan. Konsesi yang diberikan kepada Ragusa oleh para sejarawan Barat dianggap sangatlah murah hati. Salah satunya diungkapkan oleh James Angell pada 1901, ketika konsesi itu masih berlaku.

Dalam buku Turkish Capitulations, Angell menyatakan bahwasanya Sultan Mahmud II memberikan kapitulasi setelah penaklukan Konstantinopel karena memahami manfaatnya, sehingga mene ruskan tradisi yang telah dijalani selama 400 tahun di pelabuhan-pelabuhan Le vant (Mediterania Timur), baik yang masuk wilayah kerajaan Islam maupun Kristen, sehingga bisa menjamin keharmonisan hubungan antara warga pendatang dan penduduk asli. Kebijakan ini, menurut Angell, telah memberikan Sultan Mahmud II metode pemerintahan yang sederhana dan mudah.

‘’Ini memberikan kenyamanan bagi Sultan ketika dia memberikan kebebasan penuh kepada warga Yunani yang ditaklukkan di Ottoman dan memberikan jaminan kepada warga Yunani dan Venesia bahwa mereka masih akan menikmati privilege yang mereka nikmati sebelumnya di masa kekaisaran lama (Bizantium). Langkah ini terinspirasi oleh kenegarawanan. Mungkin ada yang meragukan bahwa dia juga bisa bersikap murah hati kepada kekuatan asing,’’ tulis Angell.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement