REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pembekalan terhadap guru ngaji perlu digencarkan seiring dengan bertumbuhnya minat keislaman di tengah-tengah masyarakat Indonesia saat ini. Guru ngaji yang kompeten dinilai mampu memperkuat penyaluran pesan-pesan ajaran agama secara efektif.
Peneliti dari Lembaga Pengkajian Hadis El-Bukhari Institute, Masrur Irsyadi, mengatakan, pembekalan guru ngaji perlu dilakukan secara masif. Sebab pola pendidikan dan pengajaran di era digitalisasi saat ini kerap berubah dan dinamis.
“Harus dibekali dan diberikan pendampingan agar guru ngaji ini bisa beradaptasi dengan dinamika zaman yang cepat berubah,” kata Masrur saat ditemui Republika, di Jakarta, Selasa (26/11).
Dia membeberkan bahwa kompetensi guru ngaji salah satunya dapat diukur dengan sikap, keilmuan, serta ketangkasan guru dalam memberikan pemahaman pelajaran-pelajaran agama. Guru ngaji, kata dia, juga harus memiliki kecakapan membaca Alquran dengan baik yang tartil dan juga mampu menghapal beberapa juz dalam Alquran.
Standar-standar tersebut, menurutnya, dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang ada. Jangan sampai kompetensi guru ngaji yang minim membuat masyarakat dan umat justru mendapatkan pemahaman keliru sebagai dasar dari ajaran agama.
“Baca-tulis Alquran kan suatu hal yang dasar, jadi memang harus benar-benar terukur kemampuan guru ngaji tersebut,” ungkapnya.
Di sisi lain dia juga menyoroti rendahnya upah atau gaji guru ngaji yang masih terjadi saat ini. Selain belum adanya sistem tertentu yang mengatur mengenai besaran tarif guru ngaji, para jamaah juga berasal dari kalangan ekonomi yang beragam. Sehingga besaran tarif tenaga guru ngaji akan sulit untuk dirata-ratakan.