Sabtu 23 Nov 2019 13:51 WIB

Guru Muslimah di Inggris Kritisi PM Boris Johnson

Boris Johnson pernah menyinggung perasaan Muslimah soal cadar

Rep: Puti Almas/ Red: Agung Sasongko
Boris Johnson
Foto: IST
Boris Johnson

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Seorang perempuan Muslim yang berprofesi sebagai guru di Inggris memberikan tantangan kepada Robert Jenrick, politisi dari Partai Konservatif, sekaligus Menteri Perumahan, Komunitas, dan Pemerintah Daerah negara itu dalam sebuah sesi pertanyaan BBC pada Kamis (21/11) lalu. Dalam kesempatan itu, ia mengangkat masalah tentang kolom yang dibuat oleh Perdana Menteri Boris Johnson pada 2018, yang saat itu mengkritisi larangan mengenakan penutup wajah atau cadar yang diberlakukan di Denmark.

Namun, bersamaan dalam kolom itu, Johnson menggunakan kata-kata yang menyinggung perempuan Muslim dengan burka. Ia mengatakan bahwa mereka yang mengenakannya terlihat seperti sebuah kotak surat dan bahkan mirip dengan perampok bank.

Atas kritik Johnson, Jenrick mengkritik Partai Labour atas isu anti-semitisme. Karenanya, kali ini ia mendapat tantangan atas kata-kata yang diutarakan Johnson. Salah satu pertanyaan yang diajukan guru Muslim yang mengenakan burka itu adalah apa yang Anda pikirkan saat melihatnya?

“Ketika Anda melihat saya, bagaimana menurut Anda? Anda memikirkan sebuah kotak surat, karena itulah yang dikatakannya dalam sebuah artikel. Dia menyebut perempuan seperti aku yang mengenakan burka dan mungkin ada alasan hukum untuk melihatku, jadi ini  membuatku harus melepasnya dengan segala cara,” ujar guru Muslim tersebut dilansir Inews, Sabtu (23/11).

Perempuan itu mengatakan ada kemungkinan orang-orang melihatnya bukanlah sebagai seorang guru bahasa Inggris di negara itu. Bahkan, ia mungkin hanya terlihat sebagai orang yang tidak berbicara dalam bahasa internasional itu.

"Saya seorang guru bahasa Inggris, saya memiliki gelar dalam bahasa Inggris. Saya mengajar murid-murid saya tentang politik, saya mengajar murid-murid saya tentang saling menghormati, tentang toleransi, tentang semua nilai-nilai dasar Inggris yang brilian, tetapi bagaimana saya dapat percaya pada pemimpin ketika dia menyamakan saya dengan sebuah kotak surat,” jelas perempuan itu.

Perempuan Muslim ini juga mengangkat masalah penyelidikan atas kasus Islamofobia di wilayah Tory di Inggris yang telah didorong oleh mantan menteri Baroness Warsi. Johnson pernah berjanji untuk melanjutkan investigasi saat akan menjadi pemimpin pemerintahan negara itu, namun kenyataannya tidak demikian.

“Dia melakukan penyelidikan ke semua bentuk diskriminasi untuk menghilangkan kesalahan dari dirinya sendiri karena klaim yang dia buat terhadap perempuan seperti saya dan terhadap banyak warga Muslim,” jelas guru tersebut.

Johnson telah berulang kali menolak untuk meminta maaf atas komentar yang ia buat di kolom Daily Telegraph di mana ia mengkritik larangan cadar yang berlaku di Denmark, namun juga mengatakan bahwa saat perempuan memilih untuk memakainya, itu adalah hal yang konyol.

"Saya akan melangkah lebih jauh dan mengatakan bahwa itu benar-benar menggelikan bahwa orang-orang harus memilih berkeliling seperti kotak surat.

Pembatasan seperti itu tidak sama dengan memberi tahu seorang perempuan dewasa yang lahir bebas apa yang mungkin atau tidak boleh dia kenakan, di tempat umum, ketika dia hanya mengurus urusannya sendiri," kata Johnson dalam sebuah kolom yang dibuatnya.

Johnson kemudian mengatakan bahwa larangan penggunaan pakaian seperti itu akan mengarah pada bentrokan peradaban antara Islam dan Bara. Tentunya, ini  dapat mendorong terjadinya kekerasan, terhadap simbol publik apapun terkait agama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement