Selasa 19 Nov 2019 15:44 WIB

Pesan Tokoh Lintas Agama: Toleransi Jangan Hanya Slogan

Tokoh lintas agama mengajak menjaga harmoni umat beragama.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Pemuka agama yang tergabung dalam Inter Religious Council (IRC) Indonesia Din Syamsuddin (tengah), Romo Heri Wibowo (keempat kiri), Jacky Manuputty (keempat kanan), Ws Lie Suprijadi (ketiga kiri), Pndt Jimmy Sormin (ketiga kanan), Ws Rudi Gunawijaya (kedua kiri), Bhikkhu Indamedha (kedua kanan), Bona Beding (kiri), dan Andriyanto (kanan) bergandeng tangan bersama seusai memberikan keterangan pers dalam rangka Hari Toleransi Internasional di Kantor CDCC, Jakarta, Senin (18/11/2019).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Pemuka agama yang tergabung dalam Inter Religious Council (IRC) Indonesia Din Syamsuddin (tengah), Romo Heri Wibowo (keempat kiri), Jacky Manuputty (keempat kanan), Ws Lie Suprijadi (ketiga kiri), Pndt Jimmy Sormin (ketiga kanan), Ws Rudi Gunawijaya (kedua kiri), Bhikkhu Indamedha (kedua kanan), Bona Beding (kiri), dan Andriyanto (kanan) bergandeng tangan bersama seusai memberikan keterangan pers dalam rangka Hari Toleransi Internasional di Kantor CDCC, Jakarta, Senin (18/11/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejumlah tokoh lintas agama yang bergabung dalam Inter Religious Council (IRC) Indonesia menyampaikan pesan untuk bangsa Indonesia agar bersikap toleransi. 

Salah satu tokoh agama Kong Hu Cu, Wenshi Rudi Gunawijaya, mengatakan bahwa toleransi jangan hanya menjadi slogan.   

Baca Juga

"Kami ingin menyampaikan toleransi jangan hanya menjadi slogan. Toleransi harus bersama-sama kita wujudkan dengan semua perbuatan kita," kata Rudi kepada Republika.co.id, Senin (18/11). 

Pendeta Jimmy Sorbin mewakili Protestan menyampaikan, kemajemukan sesuatu yang harus diperjuangkan setiap orang yang hidup dalam kebersamaan. 

Menurut dia, perbedaan adalah sebuah keniscayaan, tapi bagaimana supaya dalam perbedaan itu bisa ada keharmonisan sehingga bisa hidup damai. 

Ketua Kehormatan Presidium IRC Indonesia Din Syamsuddin menambahkan, kemajemukan adalah keniscayaan. Bangsa Indonesia ditakdirkan sebagai bangsa yang majemuk. Namun, bangsa Indonesia dapat hidup dalam harmoni dan toleransi yang cukup tinggi secara relatif. 

"Alhamdulillah di Indonesia secara relatif kemajemukan dapat ditampilkan sebagai kekuatan yang menjelma dalam bentuk kerukunan dan kebersamaan," ujarnya.  

Namun, Din menyampaikan, ada gejala yang nyata terkait intoleransi di Indonesia. Dia tidak menutupi adanya gejala intoleransi karena itu harus dihadapi secara bersama-sama dengan pendekatan keagamaan. 

Din mengajak anak-anak bangsa yang menampilkan pikiran dan tindakan intoleransi untuk bisa kembali ke jalur jalan tengah yang diajarkan agama-agama. Yaitu mengembangkan harmoni dan toleransi. "Toleransi merupakan ajaran penting dalam semua agama," katanya.   

Dia mengingatkan, manusia berbeda-beda, tapi harus saling menghargai. Setiap manusia juga harus menyadari sama-sama sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Maka masing-masing pemeluk agama perlu memandang pemeluk agama lain sebagai makhluk ciptaan Tuhan.  

"Kalau kita memandang dalam perspektif sebagai makhluk ciptaan Tuhan, itulah yang akan mendorong persaudaraan kemanusiaan. Maka toleransi aktif yang akan kita kembangkan juga adalah bagaimana kita di Indonesia mengedepankan keberagamaan yang manusiawi itulah Pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab," katanya. 

Sekretaris Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Romo Heri Wibowo, menyampaikan pesan untuk bangsa. IRC mengajak segenap keluarga besar bangsa mensyukuri rahmat Ilahi atas anugerah-Nya.

"Mensyukuri atas anugerah-Nya bagi bangsa Indonesia yang majemuk, tapi dapat hidup dalam harmoni dan toleransi," kata Romo. 

Dia menyampaikan, toleransi merupakan ajaran agama yang penting. Maka IRC berpesan kepada segenap pemeluk agama untuk mengamalkan ajaran toleransi dalam kehidupan bersama. Yakni dengan menerima perbedaan dan saling menghormati perbedaan-perbedaan itu.

photo
Pemuka agama yang tergabung dalam Inter Religious Council (IRC) Indonesia Din Syamsuddin (kedua kiri), Romo Heri Wibowo (kiri), Jacky Manuputty (kedua kanan), Pendeta Jimmy Sormin (kanan) bersalaman usai memberikan keterangan pers dalam rangka Hari Toleransi Internasional di Kantor CDCC, Jakarta, Senin (18/11).

Intoleransi, kata dia, adalah fenomena nyata dalam kehidupan bangsa. Intoleransi mengejawantah dalam pikiran dan tindakan segelintir anak-anak bangsa. "Maka kewajiban bagi kita semua sebagai umat cintai damai dan kerukunan untuk mengajak mereka ke jalan toleransi dan harmoni," ujarnya.

Romo Heri juga mengajak segenap keluarga besar bangsa untuk mengembangkan budaya toleransi sebagai manifestasi etika keagamaan baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat maupun bangsa. Sebagai bangsa yang majemuk, bangsa Indonesia menuntut adanya wawasan saling memahami dan menghormati perbedaan antara agama-agama dan suku-suku bangsa.

IRC juga mendorong komunikasi lintas pemeluk agama untuk memperbanyak perjumpaan, percakapan dan kerja sama. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan dan lingkungan.

Pesan untuk bangsa dari IRC ini disepakati tokoh agama-agama. Di antaranya Din Syamsuddin mewakili agama Islam, Pendeta Jacky Manuputty mewakili Protestan, Romo Heri Wibowo dan Bona Beding mewakili Katolik, Bhikkhu Indamedo dan Andriyanto mewakili Buddha, Wenshi Rudi Gunawijaya mewakili Koghuchu dan yang lainnya.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement