Senin 18 Nov 2019 21:21 WIB

107 Tahun Muhammadiyah Cerdaskan Bangsa

Muhammadiyah memperingati milad 107 Tahun pada 18 November 2019,

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agung Sasongko
Peletakan Batu Pertama Menara SM. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (tengah kiri) bersama pengurus PP Muhammadiyah usai meletakkan batu pertama pembangunan Menara Suara Muhammadiyah (SM) di Yogyakarta, Ahad (17/11).
Foto: Republika/ Wihdan
Peletakan Batu Pertama Menara SM. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (tengah kiri) bersama pengurus PP Muhammadiyah usai meletakkan batu pertama pembangunan Menara Suara Muhammadiyah (SM) di Yogyakarta, Ahad (17/11).

REPUBLIKA.CO.ID,BANTUL -- Muhammadiyah memperingati milad 107 tahun. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa tidak cuma menjadi tema milad, tapi komitmen yang terus dipegang kuat dan dipersembahkan Muhammadiyah untuk Indonesia.

Diawali lantunan ayat-ayat suci Alquran, milad dibuka merdu Indonesia Raya dan Sang Surya di Sportorium UMY. Keduanya menggema diiringi Sang Surya Philharmonic Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Baca Juga

Paduan suara sendiri merupakan gabungan UMY, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta. Lebih dari 10.000 orang menghadiri Milad 107 Tahun Muhammadiyah.

Dalam pidatonya, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir berharap, momentum milad jadi tempat bersyukur warga Muhammadiyah. Sehingga, yang dilakukan selalu mendapat ridho Allah SWT.

"Muhammadiyah lewat Kiai Dahlan, Nyai Dahlan, dan generasi awal Muhammadiyah, 107 tahun lalu telah menorehkan tinta sejarah keumatan dan kebangsaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa," kata Haedar, Senin (18/11).

Ia mengingatkan, lewat iqro, Rasulullah SAW telah mengubah Madinah dari kegelapan menjadi kota yang mencerahkan. Dari sana, Islam memberi warna kepada peradaban baru, dan nilai itu yang diambil Kiai Dahlan.

Bagi Haedar, Kiai Dahlan menjadi perintis dan pembaharu yang membawa rakyat Indonesia mampu menghadapi tantangan zaman. Ia menegaskan, usaha itu akan terus dibawa dan dikembangkan Muhammadiyah. 

"Bersama kita satukan semesta, Sang Surya suluh peradaban," ujar Haedar.

Ketua Umum PP Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini memberi penghargaan khusus kepada guru-guru dan pegiat TK ABA seluruh Indonesia. Ia berpendapat, mereka menjadi bukti nyata semangat dari gerakan Aisyiyah.

Noor merasa, pendidikan anak usia dini memang sangat penting bagi masa depan. Karenanya, penting menanamkan amal saleh kepada anak-anak agar mereka tidak cuma menjadi kebanggaan orang tua dan keluarga.

"Tapi, akan menjadi permata bagi generasi mendatang dan untuk kepentingan bangsa Indenesia," kata Noor.

Dalam sambutannya, Rektor UMY, Gunawan Budiyanto menekankan, Muhammadiyah akan selalu berada di depan mendampingi kaum yatim dan dhuafa. Targetnya, tidak lain masa depan bangsa Indonesia yang unggul.

"Itu merupakan sumbangsih Muhammadiyah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa," ujar Gunawan.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengapresiasi Muhammadiyah yang selalu hadir mendinginkan suasana. Bahkan, mampu merajut tali-tali kebangsaan yang kerap mengalami tantangan perpecahan.

"Berharap Muhammadiyah dapat terus mengembangkan peran-peran kebangsaan keumatan dan kemanusiaan," kata Sultan.

Turut diluncurkan motif batik dan lagu Muktamar Muhammadiyah 2020. Uniknya, lagu Muktamar Muhammadiyah itu liriknya diciptakan langsung Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir. 

Kemudian, lagi itu diaransemen musisi dan gitaris band Sheila on 7, Erros Candra, yang turut hadir di milad. Milad digelar bersama Tasyakur 1 Abad TK ABA, yang dimeriahkan penampilan sendratari anak-anak TK ABA.

“Itulah TK Bustanul Athfal 'Aisyiyah, Indonesia," lirik lagu yang dilantunkan dengan sangat manis oleh anak-anak TK ABA, disambut tepuk tangan meriah 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement