Ahad 17 Nov 2019 17:45 WIB

Hidup Saling Membantu, Mengapa?

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup bersama orang lain.

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nur Farida

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup bersama orang lain. Satu sama lain perlu saling membantu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan dan kebaikan bersama. Allah menegaskan dalam Alquran, "Dan, tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa." (QS al-Maidah [5]: 2).

Hidup memang mesti saling membantu. Ketika orang lain kesulitan, kita mesti membantunya. Begitu pula sebaliknya ketika kita yang tengah kesulitan. Misalnya, yang dilakukan oleh kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin. Allah berfirman, "Dan, orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan, mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas dirinya sendiri meskipun mereka juga memerlukan." (QS al-Hasyr [59]: 9).

Orang Anshar dikenal dengan solidaritasnya yang tinggi. Ini mereka buktikan saat mereka menerima dengan penuh sukacita kaum Muhajirin yang berhijrah dari Makkah ke Madinah karena tekanan dan teror dari kaum Quraisy. Seperti digambarkan pada ayat di atas, kaum Anshar bahkan lebih mementingkan kaum Muhajirin dari diri mereka sendiri meskipun mereka begitu membutuhkan. Maka Rasulullah memuji kebaikan kaum Anshar ini dalam beberapa hadisnya.

Rasulullah mengatakan, "Demi Allah, sungguh kalian (Anshar) adalah orang-orang yang paling aku cintai." (HR al- Bukhari dan Muslim). Beliau juga mengatakan, "Sesungguhnya orang-orang Anshar adalah pengikut setiaku dan orang-orang kepercayaanku." (HR al-Bukhari dan Muslim).

Abu Hurairah mengisahkan, ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah, lalu berkata, "Hidup saya begitu sengsara, ya Rasulullah." Beliau kemudian menyuruhnya ke tempat istriistrinya untuk meminta sedekah dari mereka. Seorang istri beliau berkata, "Demi Allah yang mengutus Anda dengan benar, saya tidak mempunyai sesuatu kecuali air." Selanjutnya, Rasulullah menyuruh lelaki tadi pergi ke tempat istrinya yang lain, dan istri yang berikutnya pun mengatakan hal yang sama.

Rasulullah kemudian mengumpulkan para sahabatnya, lalu bertanya, "Siapakah yang akan membawa orang ini sebagai tamunya pada malam ini?" Seorang lelaki Anshar berkata, "Saya, ya Rasulullah." Ia pun membawa lelaki tadi sebagai tamunya ke tempat kediamannya. Orang Anshar itu kemudian berkata kepada istrinya, "Muliakanlah tamu Rasulullah ini. Apakah kamu punya sesuatu untuk disajikan kepadanya?" Istrinya menjawab, "Tidak ada, kecuali makanan untuk anak-anak kita."

Orang Anshar itu berkata, "Sibukkanlah anak-anak kita dengan hal lain, sehingga mereka lupa dengan makan malamnya. Jadi, kalau sudah waktunya mereka makan malam, maka tidurkanlah mereka. Jika tamu kita telah masuk rumah, padamkan lampunya dan buat tamu kita itu merasa seakanakan kita ikut makan malam dengannya."

Saat makan malam tiba, orang Anshar dan istrinya serta tamunya duduk bersama tanpa penerangan. Sang tamu makan dengan lahapnya, sementara orang Anshar dan istrinya itu hingga pagi hari dalam kondisi perut kosong. Pagi harinya, tamu itu kaget mengetahui apa yang terjadi semalam. Ia pun lalu pergi menemui Rasulullah menerangkan peristiwa itu. Mendengar hal tersebut, beliau bersabda, "Allah benar-benar kagum dengan yang kalian lakukan semalam." (HR al-Bukhari dan Muslim).

Orang Anshar gemar membantu sesama. Itulah ciri orang mukmin sejati, membantu kesulitan orang lain, bahkan jika itu membuat dirinya menderita asal orang lain bahagia. Mereka lebih mementingkan orang lain daripada diri sendiri. Nabi memuji sikap seperti itu sebagai akhlak mulia orang beriman. Wallahu a'lam. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement