Senin 11 Nov 2019 23:09 WIB

Ustazah Nur, Pejuang Alquran dari Gunung Kidul

Ustazah Nur merawat dan mengajarkan hafalan kepada anak-anak di Gunung Kidul.

Ustazah Nur mengajarkan hafalan Alquran.
Foto: daarul quran
Ustazah Nur mengajarkan hafalan Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Puluhan bocah-bocah mendatangi pendopo terbuka di Kampung Paktuk, Gunung Kidul, Yogyakarta.  Pendopo terbuka, lengkap dengan tikar-tikar panjang, beberapa mukena, dan mushaf Alquran di sela-sela rak.

 

Dari dalam rumah limasan itu, ada sapaan lantang yang sudah tidak asing lagi. Ia adalah Ustazah Nur Hayati (43), pengelola Rumah Tahfidz Nurul Qur'an Gunung Kidul. Hari itu, ada sekitar 80 santri yang mengaji dan menghafal Alquran di rumah limasan milik keluarganya ini.

 

Sekitar 35 santri diantara mereka bermukim dan bersekolah gratis disini. Dengan bantuan kakak dan tetangganya, Ustazah Nur merawat dan mengajarkan hafalan Alquran kepada mereka. Rata-rata, mereka sudah memiliki hafalan 5 sampai 15 juz.

 

“Ya kaya gini kondisinya, saya ndak punya apa-apa, cuman dulu pernah dapat mimpi pas di pondok. Saya punya santri penghafal Alquran yang banyak sekali. Sekarang, alhamdulillah, meskipun fasilitas santri ala kadarnya, yang penting santri bisa makan nasi sayur tiap hari, sudah cukup. Biar mereka juga ikut prihatin,” ucap Ustazah Nur.

 

Ia berharap agar setiap hafalan santri memiliki kisah perjuangan untuk terus dipertahankan. Bukan sekadar menerima setoran hafalan dan selesai, tetapi memastikan bahwa hafalan santri benar-benar akan melekat didalam hati mereka.

 

Ustadzah Nur banyak berbagai cerita, atas cobaan dan perjuangan untuk menjadi seorang hafidzah. Mulai dari lumpuh kaki selama menghafalkan Alquran kehancuran keluarga kecilnya, hingga difonis gangguan jiwa seumur hidup.

 

“Saya tiap hari harus minum obat mbak, kalau ndak ya bisa kambuh. Kalau sudah kambuh semuanya tidak bisa saya kontrol. Bicara sendiri, diam, dan ndak bisa ngajar santri, saya sudah 15 kali masuk rumah sakit jiwa,” ucap Ustadzah Nur.

 

Alhamdulillah, ia dipertemukan dengan Dokter Ida, yang sangat memahami setiap keluahan sakit yang dirasakan. Kini penyakit Ustazah Nur sudah tidak pernah kambuh lagi.

Ia justru ditugaskan Dokter Ida untuk mengisi kajian di RSUD Wonosari, Gunung Kidul setiap bulannya. Sebuah kehormatan baginya yang awalnya pasien rumah sakit jiwa justru mendapat amanah menjadi asatidz di rumah sakit. Mari bantu perjuangan ustazah Nur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement