Senin 11 Nov 2019 11:43 WIB

Kemenag Rangkul Milenial Kembangkan Digitalisasi Zakat

Tantangan pengolaan zakat memasuki tahapan digitalisasi zakat.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Agung Sasongko
Petugas stan pameran menjelaskan produknya pada acara World Zakat Forum International Conference 2019, di Crowne Plaza Hotel, Kota Bandung, Rabu (6/11).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Petugas stan pameran menjelaskan produknya pada acara World Zakat Forum International Conference 2019, di Crowne Plaza Hotel, Kota Bandung, Rabu (6/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Tarmizi Tohor  mengatakan, pemerintah mulai bergerak merangkul kalangan milenial untuk mengembangkan digitalisasi zakat. Walaupun saat ini dia mengakui sejumlah lembaga zakat telah melakukan digitalisasi guna mencakup jangkauan pembayar zakat yang tak terbatas.

Hanya saja sebagai institusi negara, kata Tarmizi, Kemenag hanya fokus dalam bidang pembinaan. Terutama pembinaan dan regenerasi pengelola zakat di kalangan milenial.

Baca Juga

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, penduduk yang berusia 20-34 tahun dikelompokkan sebagai kalangan milenial. Kelompok ini menyumbang 23,95 persen dari total populasi Indonesia sebanyak 265 juta jiwa. 

Populasi kalangan milenial pada 2019 ini diproyeksi BPS pun akan meningkat. Jumlahnya diproyeksi menyentuh 23,77 persen dari total populasi Indonesia pada 2019 sebesar 268 juta jiwa. Data BPS itu menunjukkan, konsentrasi kelompok milenial berdomisili dominan di Pulau Jawa.

Rinciannya antara lain Jawa Barang sebesar 18,77 persen atau 11 juta penduduk, Jawa Timur 13,80 persen atau 8 juta penduduk, dan Jawa Tengah sebesar 11,91 persen atau sebanyak 7 juta penduduk. Adapun Provinsi Banten sebanyak 5,23 persen atau sebanyak 3 juta penduduk, dan DKI Jakarta 4,25 persen atau sebanyak 2 juta penduduk.

Dengan jumlah tersebut, Tarmizi menargetkan sekitar 10 persen kalangan milenial dapat berkontribusi terhadap pengelolaan zakat dalam lima tahun ke depan. “Kami targetkan ya 10 persen kalangan milenial bisa ikut serta mengelola zakat ini. Segitu (10 persen ikut) sudah bagus,” kata dia.

Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan bahwa pemerintah memang tengah melebarkan sayap untuk menggaet kalangan milenial agar ikut serta mengumpulkan dan mengelola zakat. Penggiat zakat dari kalangan milenial juga merupakan strategi agar zakat ini bisa populer dan tidak dilupakan umat.

“Kita dorong agar penyebarluasan zakat ini bisa dikemas skreatif mungkin,” ujarnya.

Dia membeberkan bahwa saat ini sudam mulai tumbuh kepedulian kalangan milenial terhadap zakat. Apalagi dengan potensi populasi masyarakat Indonesia yang besar, kata dia, peran kalangan milenial sangat dibutuhkan dan memang relevan dengan perkembangan zaman.

Terkait dengan digitalisasi zakat, Menag mengimbau kepada kalangan milenial agar terus melakukan inovasi yang menyasar pada kepentingan umat. Sehingga ke depannya pengumpulan zakat dapat disalurkan dan menjadi kekuatan ekonomi suatu umat.

“Jadi uangnya dari umat, dikelola umat, untuk umat. Manfaatnya bisa dirasakan bersama-sama,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement