REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON, DC -- CEO Facebook Mark Zuckenberg dilaporkan bertemu dengan Direktur Eksekutif Advokat Hak-hak Muslim Farhana Khera di rumahnya pada Senin (4/11) malam lalu. Dalam pertemuan di rumah sang pendiri Facebook di Palo Alto, California, AS, hadir pula beberapa pimpinan Advokat Muslim lainnya dan pejabat senior Facebook.
Mereka bertemu untuk membahas upaya untuk menghapus ujaran kebencian anti-Muslim dari jejaring sosial media tersebut. Advokat Muslim telah bekerja selama bertahun-tahun untuk mendesak Facebook agar menghapus konten kebencian anti-Muslim dari platform tersebut. Muslim Advocates juga memimpin upaya tersebut bersama dengan kelompok-kelompok hak sipil lainnya, untuk menuntut perusahaan ini melakukan audit hak-hak sipil.
Sebelum pertemuan dilakukan, Khera sempat mengungkapkan soal harapannya dari pertemuan tersebut. Khera mengatakan, Facebook memiliki masalah anti-Muslim. Menurutnya, sudah terlalu lama Zuckenberg mengizinkan aktor-aktor jahat untuk menggunakan platformnya untuk merendahkan martabat umat Muslim. Sehingga, mengakibatkan terjadinya pembunuhan dan serangan yang menargetkan komunitas Muslim di AS dan seluruh dunia.
"Facebook telah digunakan oleh kelompok kebencian anti-Muslim, nasionalis kulit putih dan neo-Nazi untuk mengorganisir protes bersenjata di depan masjid," kata Khera, dilansir di laman resmi Muslim Advocates, Kamis (7/11).
Ia melanjutkan, hal tersebut memungkinkan seorang ekstrimis nasionalis kulit putih untuk menghidupkan kembali pembantaian masal atas 51 Muslim di dua masjid di Selandia Baru. Selain itu, ujaran kebencian di media sosial juga telah mendorong propaganda tidak manusiawi yang memicu genosida terhadap Muslim di Myanmar dan kekerasan massa di India dan Sri Lanka.
Sementara itu, menurut Khera, Facebook mengatakan bahwa mereka telah berhasil mengidentifikasi dan menghapus 99 persen dari propaganda terkait ISIS dan 99 persen dari materi eksploitasi anak sebelum mereka terlihat di platform. Ia mengatakan, Facebook memiliki pengetahuan untuk menghapus konten yang berbahaya dan tidak menyenangkan. Kini, kata dia, perlu kemauan untuk melakukannya ketika Muslim dan komunitas lain menjadi sasaran.
"Sekarang saatnya Mark Zuckerberg beraksi. Jika dia tidak melakukannya, maka pemerintah harus turun tangan untuk melindungi komunitas kita," tambahnya.