REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Humayun atau Nasiruddin Muhammad Humayun adalah kaisar kedua Kekaisaran Mughal yang berkuasa pada 1530-1540 dan 1555-1556. Ia memimpin wilayah yang sekarang bernama Afghanistan, Pakistan, dan sebagian wilayah utara India. Ia pernah kehilangan kekaisarannya, namun berhasil merebutnya kembali dan memperluasnya 15 tahun kemudian dengan bantuan Persia. Pada saat meninggal, Humayun telah merentangkan wilayah kekuasaannya hingga mencapai satu juta km2.
Ia menggantikan kepemimpinan ayahnya, Zahiruddin Muhammad atau Babur (memerintah pada 1526-1530), pada 1530. Saudara tiri yang juga saingannya, Kamran Mirza, memperoleh kedaulatan atas Kabul dan Lahore, sebagian wilayah kekuasaan Babur di utara. Humayun naik takhta pada usia 22 tahun dan belum berpengalaman saat mulai berkuasa. Karena itu, ia kehilangan kekuasaan saat seorang bangsawan Pashtun, Sher Shah Suri, merebutnya.
Humayun digambarkan dalam biografi Hum?y?n-n?ma oleh adiknya, Gulbadan Begum, sebagai sosok yang sangat lunak. Ia sering kali memaafkan perbuatan-perbuatan yang secara sengaja dilakukan untuk membuatnya marah. Dalam satu contoh catatan biografi tersebut disebutkan, ketika seorang adik bungsunya, Hindal, membunuh penasihat yang paling dipercayanya, seorang syekh, dan kemudian membariskan tentara untuk keluar dari Agra.
Alih-alih menindaknya, Humayun mendatangi rumah ibunya, mengatakan bahwa ia tidak memiliki dendam pada adiknya dan memintanya kembali ke istana. Biografi tersebut menyebutkan, Humayun adalah kaisar yang loyal, lembut, dan manusiawi. Sebagai seorang prajurit, ia pernah mendapat posisi terhormat berdampingan dengan ayahnya selama Pertempuran Khanwa, padahal saat itu ia baru berusia 17 tahun.
Ia tertarik pada puisi dan mengagumi Asrologi. Setelah pencapaiannya sebagai Padishah (kaisar), ia mulai mengoordinasi ulang administrasi. Kantor-kantor publik dibaginya menjadi empat kelompok berbeda. Departemen Bumi bertanggung jawab atas pertanian dan ilmu-ilmu tentangnya dan Departemen Api bertanggung jawab atas persoalan militer. Sedangkan, Departemen Air memegang kendali atas kanal dan saluran air, sementara Departemen Udara memiliki beban tanggung jawab lainnya di luar kewenangan ketiga departemen lainnya.
Menurut biografi tersebut, rutinitas Humayun selalu direncanakan sesuai dengan pergerakan planet. Ia menolak memasuki sebuah rumah dengan mendahulukan kaki kiri. Dan, jika orang lain diketahuinya melakukan hal itu, Humayun akan memintanya keluar dan kembali masuk dengan mendahulukan kaki kanannya.
Pelayannya, Jauhar, menuliskan dalam Tadhkirat al-Waqiat, Humayun diketahui menembakkan anak-anak panah ke langit. Sebelumnya, anak-anak panah itu telah ditandai dengan namanya atau nama Shah Persia. Bagaimana anak panah itu mendarat diinterpretasikan sebagai indikasi bagi keduanya tentang bagaimana keduanya bisa mencapai kekuasaan yang lebih besar.
Putra kaisar pertama Mughal itu wafat pada 27 Januari 1556. Suatu hari, Humayun sedang turun dari perpustakaan dengan tangan penuh buku sesaat setelah mendengar azan. Telah menjadi kebiasaannya bahwa di mana pun ia mendengar azan, ia akan berlutut untuk menghormati panggilan tersebut. Saat berlutut itulah, kakinya terlilit jubah yang dikenakannya hingga ia terjatuh melewati beberapa anak tangga. Pelipisnya membentur sebuah sudut yang terbuat dari batu dan ia wafat tiga hari kemudian.,