Senin 04 Nov 2019 15:29 WIB

Jerman khawatir Meluasnya Anti-Islam Sayap Kanan Dresden

Dresden menjadi pusat lahirnya gerakan anti-Islam, Pegida.

Rep: Ali Mansur/ Red: Nashih Nashrullah
Massa Patriotik Eropa Menentang Islamisasi Barat atau Pegida menggelar aksi demonstrasi (ilustrasi)
Foto: EPA/Arno Burgi
Massa Patriotik Eropa Menentang Islamisasi Barat atau Pegida menggelar aksi demonstrasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DRESDEN – Jerman mengkhawatirkan aktivitas anti-Islam sayap kanan di ibu kota Saxony, Dresden. Selama bertahun-tahun, Dresden dianggap sebagai kubu sayap kanan dan tempat asal gerakan Pegida yang anti-Islam.  

Anggota Dewan Kota, mengklaim sebagai ibu kota budaya Europena pada 2025 menyetujui resolusi sesuai dengan langkah mana yang harus diambil dalam masalah ini. 

Baca Juga

"Situasi saat ini merupakan ancaman bagi masyarakat demokratis terbuka," ujar seorang penasihat dari Partai Ultra-kiri Die Partei, Max Aschenbach, seperti dikutip dari New.am, Ahad (3/11). 

Aschenbach mengatakan, politisi tidak melakukan upaya yang cukup untuk lebih jelas mengekspresikan posisi mereka tentang masalah ini. Kata Max, resolusi itu menyerukan untuk membantu para korban agresi ultra-kanan, membela minoritas nasional dan memperkuat demokrasi. 

Sebelumnya Kota Dresden sendiri telah mendeklarasikan Nazinotstand atau 'Darurat Nazi' dengan menyatakan kota itu memiliki masalah serius dengan politik sayap kanan. 

Dresden, ibu kota Saxony, telah lama dipandang sebagai benteng sayap kanan dan merupakan tempat kelahiran gerakan anti-Islam Pegida.  "Nazinotstand berarti, mirip dengan keadaan darurat iklim, bahwa kita memiliki masalah serius. Masyarakat demokratis terbuka terancam," tutur Politikus Die Partei.   

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement