Jumat 01 Nov 2019 04:33 WIB

Celana Jengki, Agotukung, Jibab, Cadar: Razia Radikalisme?

Celana Tutup Botol, Jibab, Cadar: Razia Radikalisme

Pementasan Lautan Jilbab Emha Ainun Nasjdin 1987.
Foto:
Perempuan berhijab dan cadar atau niqab dari Komunitas Muslimah Soloraya menggelar aksi Gerakan Akhwat Bercadar Menolak Terorisme di Solo, Jawa Tengah, Kamis (24/5).

Nah dari contoh dua kasus itu, yakni lagu Aisyah Adinda Kita dan pementasan teater Lautan Jilbab, maka kemanakah kita bercermin. Apa yang disebut selera zaman ternyata terus berubah, layaknya mode di Paris yang selalu berganti setiap musim. Ada baju musim panas, dingin, semi, atau gugur. Maka banyak muncul aneka model bungkus badan alias pakaian yang begitu riuh membuncah di majalah mode internasional 'Vogue'.

Dan ini persis juga dengan guliran model celaka 'jengki' (celana pipa) yang potongan ujungnya mirip tutup botol ala grup Inggris, The Beatles, yang kemudian dicontoh Koes Plus pada tahun 1960-an itu. Saking terkenalnya mode ini, anak-anak muda kala itu heboh memakainya. Bahkan mereka 'cenderung cuek bebek' meski dituding antek budaya barat yang disebut 'Ngak-Ngik-Ngok' oleh Bung Karno.

Maka, di jalanan utama Jakarta para polisi sibuk melakukan razia dijalan-jalan raya. Para petugas ketertiban sosial dan polisi kala itu sibuk merobek celana tutup botol itu dan menangkapi para pemakianya. Lucunya berbeda dengan pikiran orang tua, anak muda kala itu mengenakan gaya pakaian itu untuk menentang kemapanan sekaligus menentang kemunafikan para orang tua yang kolot, sok bermoral, dan korup.

Hasil gambar untuk The beatles

Keterangan: Rambut poni dan celana 'tutup botol' (pipa) ala The Beatles.

Uniknya lagi, tak berapa lama di masa awal 1970-an, mode celana gombrong di bawah (cutbray) bermunculan. Gaya ini semakin eksis dengan munculnya demam musik rock (Rock Fever). Tak hanya memakai celana 'cutbry', remaja putranya kala itu berambut gondrong model rocker. Gaya klimis, pendek, dan dan berponi ala The Beatles tiba-tiba hilang tanpa bekas. Anak muda berubah terkesan sangar dari pada terkesan seperti generasi sebelumnya yang layaknya sosok anak manis imut-imut: Prety boy. 

''Yang gemar musik rock mereka berambut gondrong dan celana 'cutbray', Yang gemar dangdut juga begitu sama-sama memanjangkan rambut. Tak mau kalah. Kami terkena demam musik rock,'' kata Rhoma Irama suatu ketika.

Hasil gambar untuk cutbray pants 1960

                  Keterangan Foto: Celana Cutbray.

Namun, di kala musim mode ini juga datang kata-kata kritis dari musikus Remy Silado. Dia mengolok anak gondrong bercelana 'cut bray' yang bertingkah sembarangan.''Awas Agotukung,'' teriak Remy. Istilah Agotukung ini adalah akronim dari 'anak gondorong tukang (penjual) kangkung.''

Nah, dari generasi muda Islam pun mengalami pergeseran mode berpakaian. Dahulu memang belum terlalu kenal penutung kepala. Kala itu hanya dipakai muslimah seadanya, yakni hanya sekedar pelengkap tutup kepala pakain kebaya khas kaum Muslimah anak pesantren. Tutup kepada penuh masih sangat jarang dikenal. Yang mengenakannya pun sangat terbatas, misalnya pada sosok Nyi Ahmad Dahlan. Di luar itu perempuan Islam masih jarang mengenakannya.

Dan suasana ini memang sontak berubah setelah datang Revolusi Islam di Iran dengan tokohnya Ayatullah Khoemaeni. Tiba-tiba pakain kebaratan kehilangan pamor di kalangan remaja Muslim. Mereka terkesima pada revolusi itu yang mana ada kesan heroik bahwa mode gaya pakaian ala barat (Amerika, dengan blue jean ala Cowboy), ternyata tiba-tiba bisa hilang diganti jilbab dan ghamis.

Perubahan 'kesukaan' alias selera anak muda makin menjadi dengan munculnya gairah ke Islaman. Tiba-tiba saja di kampus-kampus begitu semarak kegiatan dakwah dan kajian Islam. Tiba-tiba saja tanpa sungkan para remaja putri mengenakan jilbab. Mereka nekad mengenakannya meski banyak diantaranya mereka dilarang bersekolah.

Ketegangan itulah yang terus terjadi sampai kini. Setelah jilbab kini fenomena cadar bagi kaum perempuan dan celana cingkrang mulai familiar. Di toko pakaian impor asal Jepang, Uniqlo muncul potongan celana dengan ujung bertali di atas lutut. Anak muda yang lagi terkena sengatan  ke-Islamanan Hijrah pun mulai mengenal kembali mode celana cingkrang dengan alasan lain, yaitu pakaian yang sesuai syariat Islam (pakian Syar'i).

Begitu juga dengan potongan wajah berjenggot dan berjanggut yang kini disukai banyak orang di sini-- dan juga di barat dengan mulai hal biasa pada pemain bola liga Eropa, kini juga jadi kontroversi. Uniknya di sini bila ada pria memanjangkan rambut didagu jadi masalah yang terkena pandangan pejoratif sebagai kaum radikal, di Eropa sana berwajah jenggotan itu biasa saja dan bahkan ada yang percaya itu keren. Mereka hanya kerap diolok lagaknya dalam bergaya seperti potongan kepala roti (the bread man). Dan ini pun persis, lagi-lagi sama dengan lagu jenaka Bimbo yang dahulu dinyanyikan bersama Iin Parlina: Jenggot Acil yang berbulu seperti kambing.

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS5zrvqD76GywEL2ctuoqx_BwkQ_HKW_c6JUIushvtrI9KCRGlV&s

     Poto: Potongan pria berjenggot di Eropa (The Bread  Man).

Nah, hal tersebut tentu saja ada pihak yang tak suka dan bersikap pejoratif seperti zaman Orde Baru atau Orde Lama itu. Tapi apakah ini akan bisa dilarang secara penuh, misalnya dengan sebuah peraturan menteri, rektor, atau lainnya? Apakah akan muncul pelarangan cara berpakaian ala zaman Presiden Sukarno?

Jawabnya: tentu saja tidak! Zaman akan terus bergerak. Selain itu juga bertentangan dengan klaim jargon kebebasan hingga demokrasi yang jadi panglima saat ini. Sebab, katanya bebas tapi kenapa ada yang melarang? Katanya bebas tapi ternyata bebas itu hanya pada perempuan yang berpakaian terbuka, sedangkan perempuan yang berpakaian tertutup di larang keras?

Jadi jilbab, agotukung 'Cut Bray', celana tutup botol, --dan kini cadar dan jenggot-- terbukti memang telah membuat zaman menjadi paradoks! Bahkan kini semuanya pasti semakin paham bahwa pelarangan tak bisa menahan gerak zaman itu. Bahkan, dengan melihat keyakinan dan model mental semua orang yang selalu suka tantangan maka semakin dilarang maka semakin dicari? Mereka tak akan bergeming meski untuk cadar sudah ada yang menyudutkannya melalui 'fenomena Crosshijabber'.

Lalu mari dengar lagu Koes Plus saja yang dahulu dipenjara karena tergila gila nyanyian The Beatles yang bergaya berponi dan celana jengki...?

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement