Selasa 29 Oct 2019 17:17 WIB

Perguruan Tinggi Islam Perlu Akreditasi Internasional

Terdapat sembilan instrumen yang harus sesuai standar BAN-PT

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Acara penutupan Program Pengenalan Kampus (P2K) yang mengangkat tema Insan Berprestasi “Bersama UAD Kita Bangun Insan yang Kreatif dan Inovatif Berbasis Nilai-Nilai Islam Menuju Indonesia Kuat” di Kampus 4 UAD, Sabtu (7/9).
Foto: Hilyatul Asfia
Acara penutupan Program Pengenalan Kampus (P2K) yang mengangkat tema Insan Berprestasi “Bersama UAD Kita Bangun Insan yang Kreatif dan Inovatif Berbasis Nilai-Nilai Islam Menuju Indonesia Kuat” di Kampus 4 UAD, Sabtu (7/9).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Lembaga Penjamin Mutu (LPM) UIN Syarif Hidayatullah Asep Saepudin Jahar menilai pentingnya pembenahan manajemen bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam baik negeri maupun swasta untuk mendapatkan akreditasi atau sertifikasi internasional.

"Hari ini seluruh peserta konferensi saling berbagi pengalaman baik kendala maupun capaian yang telah dihasilkan perguruan tinggi dalam mendapatkan sertifikasi internasional maupun yang masih dalam proses pengajuan," jelas dia usai kegiatan workshop Konferensi Internasional Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi ke-4 di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Selasa (29/10).

Baca Juga

Seluruh peserta juga belajar kembali instrumen yang menjadi dasar untuk penilaian akreditasi yang terbaru. Menurut Sekretaris Pelaksana kegiatan ini, akreditasi dengan instrumen imterbaru cukup sulit karena banyak kriteria yang harus dipenuhi. 

Untuk mendapatkan akreditasi internasional tidak hanya mendapatkan akreditasi A dari institusinya juga sertifikasi internasional setiap program studi yang ada. Terdapat sembilan instrumen yang harus sesuai standar Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN -PT) agar mereka mendapatkan akreditasi A.

Mereka yang memiliki nilai A, memiliki keunggulan terutama dalam manajemen yang telah profesional, infrastruktur, SDM dan kualitas lulusan yang memadai. Beberapa hal tersebut yang dibutuhkan agar PTKIN dapat meningkatkan kualitasnya. 

"Budaya akademik di perguruan tinggi Islam belum terlihat, karena banyak diantaranya masih berbasis client, belum profesional,"jelas dia. 

Menurut Asep, sudah saatnya perguruan tinggi Islam tidak lagi berafiliasi dengan kepentingan kelompok, golongan maupun suku. Tentu perlu ada dorongan yang kuat dari Kemenag dan Kemendikbuddikti yang menaungi merrka, karena kemauan dari perguruan tinggi itu sendiri tidaklah cukup

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement