Kamis 24 Oct 2019 09:09 WIB

Al-Maqdisi Figur Kunci Ikhwan Al-Safa

Al-Maqdisi yang hidup di masa pemerintahan Dinasti Buwaihi di Baghdad.

Rep: Yusuf Asshidiq/ Red: Agung Sasongko
Ilmuwan Muslim (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Ilmuwan Muslim (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis ilmu yang dipimpin cendekiawan legendaris al-Sijistani (932-1.000), aktif menggelar diskusi. Baghdad menjadi pusat kegiatan. Dalam beberapa kesempatan, nama seorang ilmuwan kerap disebutkan di antara para peserta. Dia adalah Abu Sulaiman al-Maqdisi.

Siapa gerangan tokoh itu? Tidak banyak sumber historis yang menyingkap asal usul identitasnya. Akan tetapi, seperti diutarakan sejarawan ibn Hayyan al-Tauhidi, al-Maqdisi pastilah seorang yang istimewa. Ini karena setiap peserta diskusi majelis al Sijistani merupakan ‘pemimpin atau imam dalam masyarakatnya dengan keunikan masing-masing’.

Baca Juga

Lebih jauh, oleh al-Tauhidi, sosok bernama lengkap Abu Sulaiman Muhammad ibn Mis'ar al Maqdisi al-Busti ini diidentikkan dengan salah seorang anggota pimpinan Ikhwan al-Safa.

Pada masa itu, Ikhwan diketahui sebagai sebuah perkumpulan rahasia. Anggotanya terdiri atas para ilmuwan, terutama yang berkecimpung pada kajian filsafat. Keterlibatan al-Maqdisi dalam perkumpulan itu sedikit demi sedikit tersingkap ketika beberapa karya dari Ikhwan al-Safa ditemukan serta dipelajari.

 

Al Maqdisi adalah satu dari lima figur kunci Ikhwan al-Safa. Selain al-Maqdisi, nama-nama lain, yakni Zaid ibn Rifa'ah, Abu al Hasan Ali bin Harun al-Zanjani, Abu Ahmad al Mihrajani, serta al Awqi. Ini sekaligus menunjukkan, kapasitas luar biasa al Maqdisi pada ranah filsafat Islam.

Al Maqdisi yang hidup di masa pemerintahan Dinasti Buwaihi di Baghdad, turut menyusun karya monumental dari Ikhwan al-Safa, judulnya Shiwan al-Hikmah atau Rasa'il Ikhwan al-Safa. Ada kemungkinan, ia menulis dan menyunting sebanyak 51 risalah filsafat pada karya tersebut.   

Di mata sejarawan dan teolog Muslim, al-Syahrastani, al-Maqdisi adalah filsuf dengan kemampuan luar biasa. Posisinya dalam Ikhwan membuktikan bahwa dialah yang menentukan doktrin  intelektualitas serta arah pemikiran kelompok ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement