REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim Dr Adian Husaini berbicara tentang konsep moderasi. Umat Islam memiliki konsep teologis kuat di ayat yang berbunyi, wa kadzaalika ja’alnaakum ummatan wasatha… (Dan Kami jadikan kalian umat pertengahan.” (QS 2:143).
Namun, makna ayat tersebut bukan hanya mendudukkan umat Islam dalam makna biasa-biasa saja, melainkan juga harus menjadi umat yang unggul. Indonesia memiliki beragam agama, aliran ideologi, dan kepercayaan, tradisi dialog ilmiah yang panjang, sehingga tak berujung pada peperangan dan perpecahan, seperti yang terjadi di beberapa negara Timur Tengah. “Para pendiri bangsa Indonesia memiliki tradisi dialog intelektual, bahkan sejak sebelum Indonesia didirikan,” kata dia.
Di antaranya perdebatan antara Mohammad Natsir dengan Sukarno, dalam polemik kebudayaan 1935, perdebatan di BPUPK hingga perdebatan dasar negara dalam Majelis Konstituante.
Menurut dia, tradisi dialog ini menjadi kunci mengatasi kebuntuan perdebatan tentang masalah kebangsaan dan kenegaraan. Juga, sekaligus menghindarkan diri dari perpecahan.
“Uniknya, para tokoh nasionalis Islam dan sekuker dapat ketemu dalam satu titik kompromi dan mencapai kesepakatan dalam kehidupan berbangsa. Nah, buku ini berhasil masuk ke wilayah itu dan menghindari kontroversi yang sangat tajam,” katanya kepada Republika.co.id, Rabu (9/10).
Maka itu, dia merekomendasikan agar masing-masing individu memperkuat ketahanan keluarga untuk menanamkan konsepsi wasathiyah. Dengan begitu, konsep ini dapat dioperasionalkan lebih baik.
“Sayangnya, perguruan tinggi kita tidak punya prodi khusus pendidikan keluarga sakinah. Padahal, keluarga adalah unsur utama tegaknya suatu bangsa bahkan peradaban,” ujarnya.
Adian menyatakan, Istilah moderat yang ramai digunakan belakangan ini dinilai diadopsi dari Amerika. “Maka, kalau mau nggak dimusuhi Amerika, jadilah Muslim moderat,” kata dia.
Dalam buku yang disusun oleh Badan Litbang Kemenag ini, dia mengapresiasi definisi moderat. Bahwa moderat adalah tidak berpaham liberal dan tidak ultrakonservatif. Definisi ini keluar dari istilah liberal yang dibangun oleh beberapa pemikir Amerika, seperti Samuel Huntington dan Daniel Pipes.
“Dalam bukunya, Who Are We, yang terbit tahun 2004, Huntington menyatakan bahwa pencarian musuh kami sudah selesai. Jika dulu musuh kami adalah komunis militan, sekarang musuh kami adalah Muslim militan,” ujar pendiri Pesantren At-Taqwa, Depok ini.