REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) melihat hoaks dan radikalisme di kalangan remaja menjadi fenomena yang cukup meresahkan. Sebab di era digital ini generasi muda telah menjadi target penyebaran radikalisme dan menjadi ajang penyemaian berita bohong alias hoaks.
Salah satu langkah yang diambil Kemenag untuk mengantisipasi hoaks adalah menyelenggarakan Pekan Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam (Pentas PAI). Kegiatan itu merupakan wahana kompetisi antar peserta didik dari jenjang SD, SMP, dan SMA/ SMK dalam keterampilan dan seni Islami.
"Radikalisme di kalangan generasi Z menurut survei mencapai 38 persen, kita harus melakukan sesuatu untuk meredamnya," kata Direktur Pendidikan Agama Islam Kemenag, Rohmat Mulyana melalui keterangan tertulis kepada Republika, Rabu (2/10).
Rohmat mengatakan, anak-anak sekolah berusia remaja adalah pengguna internet dan media sosial dengan intensitas yang sangat tinggi. Hal itu membuat mereka rentan dengan doktrin berselubung agama. Di sisi lain terdapat kegiatan kerohanian Islam di sekolah. Namun pada beberapa kasus, kegiatan Rohis malah menjadi pintu masuk radikalisme dan pemahaman agama sempit.
Maka Kemenag menggelar Pentas PAI sebab disain kegiatan seperti itu adalah internalisasi nilai-nilai ajaran Islam sehari-hari dalam bentuk lomba. Ide-ide pluralisme akan masuk dalam tema-tema perlombaan seperti dalam lomba pidato, debat, nasyid, dan cerdas cermat.
"Aktivitas dalam kegiatan Pentas PAI ini dinilai dapat memotivasi remaja dalam mencintai dan mempelajari ajaran agama Islam, tahun ini Pentas PAI diikuti 1.200 peserta dan pendamping dari seluruh Indonesia dengan tema," ujarnya.
Pentas PAI tingkat Nasional IX tahun 2019 bertema 'Keberagamaan Generasi Milenial Yang Moderat' akan diselenggarakan di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan pada 9-14 Oktober 2019. Ada 10 cabang perlombaan yang akan dipertandingkan. Di antaranya, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), pidato, Musabaqoh Hifdzil Qur’an (MHQ), Cerdas Cermat, Kaligrafi, Nasyid, Debat PAI, Kreasi Busana, Penulisan Cerita Remaja Islami, dan Lomba Karya Ilmiah Remaja.
Kemenag berharap Pentas PAI dapat menciptakan tradisi kegiatan keagamaan peserta didik yang relevan dan kontekstual. Sebab gairah keagamaan remaja harus disalurkan sesuai dengan proporsi dan tahapan usianya dengan aktivitas yang membawa kebaikan (maslahah) bukan aktivitas yang mendatangkan banyak kerusakan (mafsadat).