Senin 23 Sep 2019 19:30 WIB

Napas Kesabaran

Pusat edar manusia adalah napasnya.

Ilustrasi Takwa
Foto: Mgrol120
Ilustrasi Takwa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat edar manusia adalah napasnya. Napasnya adalah waktunya. Waktunya adalah umurnya. Umurnya adalah ajalnya, dan ajalnya adalah akhirnya.Tetapi, manusia dalam keadaan lalai dengan dunianya dan terlena dengan permainannya. Jika engkau melihat ke langit, langit menebarkan udara, jika engkau melihat ke udara (napas), engkau akan melihat bahwa Dialah yang memutarkan seluruh planet.

Jika engkau melihat ke arah yang lebih tinggi ketimbang langit, engkau buta dari selain-Nya. Tidak ada Tuhan, kecuali Allah Pemilik Arasy yang agung.Umur adalah kado terindah dari Allah SWT. Sebab, dalam perjalanan mengisi usia, kita dihadapkan pada orang bodoh dan orang sabar. Ibn Abbas pernah berwasiat kepada seorang mujahid, ''Kamu tidak boleh membantah orang yang sabar dan orang yang bodoh, karena orang sabar akan membencimu, sedangkan orang bodoh akan menyakitimu.'' Oleh karena itu, ada ulama yang berpendapat bahwa tidak akan ada yang tersisa pada sisa umur seorang hamba, jika memahami inti takdir (ketetapan) dari Allah SWT baik melalui perubahan maupun hikmah.

Orang yang sabar dan kedudukannya laksana posisi kepala terhadap badan. Tubuh tidak mungkin sempurna tanpa kepala. Begitu pula iman tidak akan sempurna tanpa sabar.

Sabar menurut Abu Thalib al-Makki (guru Al-Ghazali) lebih utama dibandingkan kenikmatan, karena dalam sabar terdapat zuhud dan takut, keduanya merupakan maqam tertinggi; bersyukur atas berbagai hal yang tidak menyenangkan adalah perbuatan utama, karena di dalamnya terdapat ujian dan keridhaan; bersabar ketika ditimpa kesulitan dan kesempitan lebih utama daripada bersyukur ketika memperoleh nikmat dan kelapangan hidup.

Sebab, sabar dalam kondisi seperti itu akan lebih memberatkan jiwa; bersabar waktu sedang kaya dan ketika memperoleh kesempatan untuk berbuat dosa adalah lebih utama daripada bersyukur atas nikmat. Sebab, sabar untuk tidak berbuat maksiat dengan nikmat yang diperolehnya lebih utama daripada taat dengan menggunakan nikmat tersebut.

Pahala kesabaran selalu bersinggungan dengan keikhlasan. Sebab, ikhlas adalah sebentuk kerja batin. Malaikat tidak sanggup mencatat pahala keikhlasan dan setan juga tidak kuasa merasuk ke jiwa manusia. Hanya Allah yang bisa, yang Maha Mengetahui ibadah ikhlas seorang hamba. Sebagaimana dinyatakan dalam salah satu firman-Nya, ''.... Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.'' (QS Az-Zumar [39]: 10).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement