REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengurus Besar Majelis Dzikir Hubbul Wathon (PB MDHW) mengadakan Forum Pertemuan para Da'i, Akademisi dan Tokoh Nasional dengan tema "Sinergi Cinta untuk Membangun Kemaslahatan Umat” di Dilaksanakan di gedung UTC kampus A Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Rawamangun Jakarta Timur.
Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama antara PB MDHW bersama Universitas Negeri Jakarta, Majelis Al Muwasholah Baina Ulama Almuslimin dan Majelis Jalsah Ad-duat.
Hadir dalam acara tersebut AlHabib Umar bin Hafidz dari Yaman, Syiekh Dr. Osama AlAzhari dari Mesir Habib Prof Said Aqiel Hussein AlMunawwar, Habib Ahmad bin Salim Jindan. Sementara Rektor UNJ diwakili oleh Dr. Dianta Sebayang.
Selain itu juga dihadiri puluhan habaib dari Majelis Al-Muwasholah dan Majelis Dzikir Hubbul Wathon serta sekitar 500 undangan yang terdiri dari tokoh-tokoh nasional, Akademisi, para Da'i dan para ustad se-Jabodetabek.
Dalam sambutannya Sekretaris Jenderal Majelis Dzikir Hubbul Wathon Hery Haryanto Azumi menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya diberikan kesempatan menyampaikan pidato pengantar dalam Silaturrahim Habib Umar bin Hafidz bersama tokoh nasional, para dai dan akademisi di UNJ.
Hery juga menyampaikan perlunya Gerakan Nahdlotul Qulub di seluruh dunia agar umat Islam fokus kepada gerakan perbaikan moralitas dan mental. Menurutnya gerakan itu yang akan memberikan peluang lebih besar bagi umat Islam memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan negaranya. Karena umat Islam hidup di berbagai masyarakat dan negara yang beragam, sehingga bentuk pengabdian dan integrasinya berbeda-beda.
"Gerakan yang harus kita lakukan adalah gerakan moral, gerakan Nahdlatul Qulub, kebangkitan jiwa dan perbaikan akhlak dan kualitas sumber daya manusia muslim di seluruh dunia,"tandas Hery.
Menurut Hery moralitas dan akhlak Islam harus menerangi dunia yang tengah mengalami krisis ini. Dan itu dapat dicapai dengan perbaikan hati dan moral secara terus menerus. Umat Islam harus bersikap pro-aktif dalam dialog dan kerjasama antar peradaban (ta’aruf al-hadharat) pada setiap tingkatan dan wilayah masing-masing.
"Dialog dan kerjasama adalah kunci peradaban yang lebih baik, dengan itu akan tercipta kedamaian dan kerukunan universal yang menjadi tujuan bersama," tambah Hery yang juga mantan ketua umum PB PMII ini.
Sementara itu AlHabib Umar bin Hafidz dalam pidatonya yang diterjemahkan oleh Habib Ahmad Salim Jindan menyampaikan bahwa umat Islam harus mencintai saudara sebangsanya baik muslim maupun non muslim (ahlil ahdi wad dzimmi). Kecintaan sesama Muslim harus selalu dijaga.
Sesama Muslim tidak boleh menyakiti dan memprovokasi sehingga terjadi konflik yang mengakibatkan kematian atau korban nyawa. Apalagi itu disebabkan oleh justifikasi/fatwa agama atau pikiran.
"Pemahaman agama yang benar akan menyebabkan sikap yang benar terhadap masyarakat dan negaranya," ungkap Habib Umar.
Selain itu Habib Umar berwasiat agar umat Islam meneladani akhlak Rasulullah SAW. Akhlak Rasulullah tetap mulia terhadap musuh-musuh yang berusaha membunuh dan mematikan perjuangan Islam. Bahkan Nabi Muhammad SAW mendoakan musuh-musuhnya agar mendapatkan petunjuk dari Alloh SWT.
Sedangkan Dr. Usama AlAzhari dari Mesir menyampaikan perlunya gerakan moral untuk mencintai tanah air di manapun umat Islam berada. Hal itu beriringan dengan perbaikan kualitas sumber daya umat Islam. Sehingga umat Islam mampu memberikan kontribusi terhadap peradaban manusia.
Beliau juga mempertegas bahwa umat Islam harus memperkuat kecintaan dan solidaritas sesama Muslim pada saat tanggung jawab kepada masyarakat dan negaranya bertumbuh.
"Tanah Air adalah salah satu aspek penting yang harus dijaga dan dipertahankan oleh umat Islam. Kita semua berjuang agar tidak ada perang dan kelaparan di muka bumi ini," kata Syeikh Azhari.