REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menjadi pembicara International Meeting 'Peace With No Borders: Religions and Cultures in Dialogue.' Dalam paparannya, Haedar menyampaikan, setiap manusia diciptakan memiliki hak yang sama.
Gelaran itu sendiri diadakan Community of Sant'Egidio di Madrid, 15-16 September 2019. Forum itu secara khusus mengangat tema No One Should Ever be Excluded. Forum menghadirkan tokoh-tokoh dunia sebagai pembicara.
Haedar mengingatkan, dalam deklarasi PBB tentang HAM disebutkan setiap manusia terlahir bebas dan mendapat perlakuan sama. Artinya, lanjut Haedar, setiap manusia bebas memiliki pemikiran dan gagasannya sendiri. Sehingga, semua harus diperlakukan dengan cara yang sama, tanpa boleh ada diskriminasi.
Ia menekankan, dengan prinsip hak manusia universal yang diakui PBB menjadi komitmen semua orang, golongan, bangsa dan negara di manapun. Tujuannya, agar setiap manusia harus diperlakukan sama.
"Tanpa diskriminasi dan tanpa perlakuan buruk oleh siapapun dan atas nama apapun di muka bumi ini," kata Haedar, Selasa (17/9).
Dari sudut pandang komitmen beragama, ia merasa, agama secara universal sangat penting dan fundamental dalam kehidupan umat manusia. Agama, bernilai sangat penting di kehidupan duniawi.
Haedar menegaskan, dalam masyarakat modern yang sekuler sekalipun agama tetap relevan dan penting bagi kehidupan. Meskipun ekspresi dan aktualisasinya tidak bersifat langsung.
Bagi Haedar, tantangan utamanya membuat umat beragama dari setiap agama wujudkan nilai-nilai luhur keagamaan sakral untuk membangun tata kehidupan. Yang adil, damai, baik dan serba utama.
"Yang menjadikan umat manusia hidup selamat dan bahagia secara bersama-sama," ujar Haedar.