Rabu 18 Sep 2019 09:43 WIB

Mengenal Zanzibar, Kepulauan Rempah-Rempah

Julukan itu muncul lantaran Zanzibar kaya akan rempah-rempah.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Uroa Bay Beach di Pulau Zanzibar, Tanzania, salah satu destinasi wisata di Zanzibar
Foto: EPA/TOLGA BOZOGLU
Uroa Bay Beach di Pulau Zanzibar, Tanzania, salah satu destinasi wisata di Zanzibar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Zanzibar. Pernah mendengar nama itu? Zanzibar adalah kepulauan yang membentang di sebelah timur pesisir Afrika. Kepulauan yang kini masuk dalam wilayah Tanzania itu terdiri atas dua pulau, yakni Zanzibar dan Pemba. Bersama dengan Pulau Mafia, Zanzibar terkadang dijuluki Kepulauan Rempah-Rempah.

Julukan itu muncul lantaran Zanzibar kaya akan rempah-rempah, seperti cengkih, pala, kayu manis, dan lada. Dari beragam rempah itu, cengkihlah yang melambungkan nama Zanzibar ke ber bagai penjuru dunia.

Secara administratif Zanzibar meru pakan wilayah semiotonom dari Negara Republik Persatuan Tanzania. Sebagai wilayah semiotonom, Zanzibar memiliki hak istimewa untuk mengelola pemerin tahannya sendiri.

Sehari-hari, masyarakat Zanzibar menggunakan bahasa Swahili. Swahili merupakan salah satu bahasa terbesar di Afrika, dan dipakai di sejumlah negara di pesisir timur benua Afrika. Seperti halnya Indonesia, mayoritas penduduk Zanzibar beragama Islam.

Zanzibar berkilau sebagai penghasil cengkih nomor satu dunia dunia saat kepulauan ini berada di bawah kekuasaan Kesultanan Oman. Sejarah mencatat, Oman mulia menguasai Zanzibar pada tahun 1698.

Namun kini, Zanzibar tak lagi berkibar di puncak penghasil cengkih dunia. Data pada 2011 menunjukkan, Zanzibar hanya menyumbang delapan persen dari total produksi cengkih dunia. Posisinya terting gal dari Indonesia dan Madagaskar.

Charles O Cecil, seorang fotografer dan penulis peradaban Islam, membuat tulisan tentang Zanzibar menyusul lawatannya ke pulau itu. Dalam tulisan berjudul Zanzibar: Cloves and Stone yang dipublikasikan pada 2011 itu, dia bercerita, ketika mengunjungi gudang milik pemerintah yang seharusnya penuh dengan timbunan cengkih, ternyata ia hanya menemukan dua kantong cengkih yang beratnya sekitar 100 kilogram. Sementara itu, di dalam gudang, tampak tiga karyawan duduk di lantai sambil memetik ran ting dan potongan daun cengkih se banyak sekitar 5 kilogram yang baru saja tiba.

"Zanzibar sekarang memang berbeda karena lebih fokus pada pengembangan pariwisata daripada cengkih, meski demi kian sejarah pulau ini terkait erat dengan perdagangan cengkih," kata Charles O Cecil seperti dilansir laman aramcoworld

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement