REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kawasan Raudhah (taman surga) di Makkah memang begitu istimewa. Semasa hidupnya Rasulullah SAW banyak berkegiatan di kawasan ini. Di kawasan ini, Rasul menerima wahyu serta memimpin shalat bersama para sahabat. “Tempat yang di antara rumahku dan mimbarku adalah raudhah (taman) di antara taman-taman surga.” (HR Bukhari).
Di Raudhah pula terdapat makam Rasulullah SAW dan dua sahabatnya yakni Abu Bakar Asshidiq dan Umar bin Khattab. Makam Rasul, Abu Bakar, dan Umar berada pada ruang yang sama. Ruang itu sebelumnya merupakan kamar Rasul dan Siti Aisyah. Lantas bagaimana bisa Abu Bakar dan Umar dimakamkan berdekatan dengan Rasul?
Dalam kitab at-Thabaqat al-Kubra karya Ibn Saad, menurut riwayat dari Said bin Urwah dan Qasim bin Muhammad, adan wasiat dari Abu Bakar kepada putrinya yakni Aisyah. Dalam wasiat itu Abu Bakar meminta agar saat dirinya wafat dapat dimakamkan di samping makam Rasulullah SAW.
Saat Abu Bakar wafat, maka Abu Bakar dimakamkan di samping Nabi. Posisi kepala Abu Bakar sejajar dengan pundak Rasulullah.
Begitu pun Umar bin Khatab yang mengutus putranya Abdullah bin Umar untuk menemui Aisyah. Abdullah meminta izin pada Aisyah agar saat Umar bin Khattab meninggal dapat dimakamkan bersama Rasulullah dan Abu Bakar.
Aisyah pun memenuhi keinginan Umar bin Khattab itu. Menurut riwayat posisi jasad Umar bin Khattab sejajar dengan bahu Abu Bakar Asshidiq.
Kawasan Raudhah dan koridor di depan Makam Rasulullah SAW kian padat menyusul makin banyaknya jamaah haji yang tiba di Madinah, Selasa (24/7). Para jamaah berebut mengunjungi tempat yang disebut penuh berkah tersebut.
Sebagaimana dituliskan Muhammad Ilyas Abdul Ghayy dalam Tarikh al-Masjid an-Nabawi asy-Syarif dan disadur dalam tapak Sejarah Seputar Makkah-Madinah oleh Muslim Nasution, menyebutkan bahwa di atas makam Rasul tak ada sedikit pun semen dan batu bata.
Permukaan makam Rasul, Abu Bakar, dan Umar dari tanah terbuka. Pada 91 Hijriyah saat masa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz makam Rasul dan dua sahabatnya diberi tembok berbentu segi lima kerucut berdiameter panjang sekitar 8 meter dan lebar sekitar 6 meter yang disebut al-ha’izul khamsu atau tembok persegi lima.
Uniknya bangunan persegi lima itu tertutut mati dengan tembok. Tak ada pintu dan jendela. Sedangkan bagian atas terbuka. Tembok persegi lima inilah yang sekarang diberi tutup atau tabir kain kiswah yang berwarna hijau.