Senin 09 Sep 2019 17:18 WIB

Kata UAS tentang Kesesatan Syahrur

UAS mengibaratkan pemikiran Syahrur dengan sepeda motor modif.

Ustaz Abdul Somad (UAS).
Foto: Republika/Prayogi
Ustaz Abdul Somad (UAS).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Muhammad Syahrur menjadi perdebatan belakangan ini terutama sejak munculnya disertasi karya mahasiswa S-3 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Abdul Aziz, yang berjudul “Konsep Milk al-Yamin Muhammad Syahrur Sebagai Keabsahan Hubungan Seksual Nonmarital.”

Muhammad Syahrur memang kontroversial. Menurut Ustaz Abdul Somad (UAS), pemikir asal Suriah itu sudah ditetapkan sebagai sesat dan menyesatkan.

Baca Juga

UAS mengenang, semasa kuliah di Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir, dirinya pernah berjumpa dengan seorang sahabat. UAS dipinjamkan sebuah buku berjudul Alkitab wa al-Qur’an, karya Muhammad Syahrur.

“Bagi Syahrur, tidak ada kafir. Yang percaya Tuhan dan Hari Kiamat serta beramal saleh, maka dia Mukmin, walau tidak percaya Nabi Muhammad SAW. Kalau percaya Nabi Muhammad SAW, berarti Muslim. Itu makna Mukmin dan Muslim bagi Syahrur,” ujar UAS kepada Republika.co.id, Senin (9/9).

Dia meneruskan, Syahrur juga berpandangan, hal-hal yang pasti haram hanya 14 masalah. Selain itu, hukumnya bersifat relatif dan malah bisa diputuskan secara demokratis.

photo
Mahasiswa S3 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Abdul Aziz yang menulis disertasi berjudul Konsep Milk al-Yamin Muhammad Syahrur sebagai Keabsahan Hubungan Seksual Non Martial.

Sebagai contoh, persoalan aurat. Menurut Syahrur, lanjut UAS, aurat yang wajib ditutup hanya kulit yang tampak berkerut-kerut saja, seperti payudara dan “Miss V”. Untuk laki-laki, masih dalam pemahaman Syahrur, aurat hanya “Mister P".

Contoh lainnya, penafsiran atas Alquran surah al-Baqarah ayat 223, yang artinya antara lain: “Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.”

Nisaa'ukum hartsullakum (‘istri kamu adalah sawah ladang kamu’). Kata harts (sawah) dimaknai Syahrur bukan tertuju pada perempuan. Tapi maknanya (menurut Syahrur) adalah usaha atau pekerjaan dalam mencari nafkah,” ujar UAS.

Sehubungan dengan disertasi Abdul Aziz, lanjut UAS, salah satu gagasan Syahrur memang membahas hubungan antara laki-laki dan perempuan. Namun, menurut Syahrur, hubungan tersebut pada zaman modern boleh dilakukan secara suka sama suka.

Hubungan seksual di luar nikah, asalkan kedua belah pihak suka sama suka, dianggap Syahrur tidak termasuk zina. “Dianalogikan oleh Syahrur dengan Milkul Yamin pada zaman Nabi SAW,” kata UAS.

Di antara letak kesesatan Syahrur ialah menganggap hadits Nabi SAW hanya sebagai ijtihad dari sang utusan Allah SWT yang terakhir itu. Apalagi, Syahrur memandang hadits bersifat kasuistik dan temporer untuk zaman Nabi SAW saja.

“Syahrur melepaskan teks dari konteks. Syahrur melepaskan Alquran dari asbabun nuzul, melepaskan dari hadits. Syahrur melepaskan diri dari Ulum al-Qur’an, terutama nasikh mansukh. Setelah itu, Syahrur menginterpretasikan teks Alquran dengan analisis bahasa, kemudian menggunakan akalnya dengan interpretasi kekinian. Maka lahirlah ‘tafsir Syahrur,” jelas UAS.

“Bagi saya, itu (pemikiran Syahrur) adalah sebuah pemikiran liar. Seperti anak-anak pubertas, dalam hal pemikiran. Pencarian jati diri. Setelah dewasa, barulah sadar bahwa itu keliru,” ucap UAS.

“Simpelnya begini. Originalnya adalah Honda Tiger 2000. Kemudian, Syahrur mencopot tangkinya, rangkanya, supaya yang tinggal cuma mesin saja. Setelah itu, Syahrur buat rangka baru, stang baru, tangki modif, ban radial. Jadilah, sepeda motor choper ala Syahrur. Anak-anak muda yang enggak mengerti motor melongo: wow, keren. Namun, orang bengkel yang sudah memahami (sepeda motor), senyum-senyum saja, sambil berkata, ‘Itu Tiger 2000 modif, Bro!’”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement