Sabtu 07 Sep 2019 15:37 WIB

Semangat Meraih Mimpi

Setiap orang berhak memiliki mimpi dan cita-cita.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah anak yatim tengah belajar mengaji di sebuah panti asuhan (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supri
Sejumlah anak yatim tengah belajar mengaji di sebuah panti asuhan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Setiap orang berhak memiliki mimpi dan cita-cita. Ini pula yang menjadi spirit gadis asal Slerok, Kota Tegal, Jawa Tengah untuk melanjutkan pendidik an di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknologi Pasca-Panen. Sugiarti ingin menjadi seperti almarhum ayahnya, seorang petani yang sukses.

Ugi, nama panggilan gadis ini, ditinggal sang ayah saat duduk di bangku kelas 4 SD. Sejak saat itu, ia bergabung dengan Rumah Yatim Tegal. Namun, memasuki jenjang pendidikan selanjutnya, ia dipindah kan ke Surabaya. Kehidupan tanpa bapak bukan sesuatu yang mudah. Dibesarkan ibunya, Mas'amah yang hanya seorang buruh serabutan membuat perekonomian keluarga cukup sulit.

Baca Juga

Ugi tidak pernah menyerah. Dia amat menyukai belajar. Buku dan perpustakaan menjadi bekal dalam menuntut ilmu. "Di Tegal, aku ma suknya sebagai anak asuh nonmu kim, ini tidak tinggal di asrama. Asrama di Tegal ini cuma ada asrama cowok. Dapatnya san tunan pendidikan tiap bulan," belum lama ini,

Awalnya ia ragu untuk melanjutkan pendidikan karena merasa anak rumahan. Namun, ia kemudian mendapat nasihat dari almarhum Darwan. Saat itu, ketua asrama menganalogikan seseorang yang mengejar cita-cita sebagai seorang belalang. Seekor belalang tidak akan sampai ke tujuan dengan cepat bila tidak melompat yang jauh. Karena pesan inilah, Ugi pun mantap pindah ke Surabaya.

Kepindahannya ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan disebut karena mengikuti persyaratan yang dimiliki yayasan kala itu. Agar kuliahnya bebas biaya, yayasan memiliki kebijakan Ugi harus kuliah di Bandung dan di tiga kampus yang sudah ditetapkan; ITB, Universitas Padjadjaran, dan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

"Milih jurusan itu karena ayah waktu masih hidup seorang petani. Almarhum bapak adalah sosok petani sukses, padahal sekolah SD saja gak lulus cuma sampai kelas 2," kata dia.

Yatim asal Indramayu, Jawa Barat, bisa menjadi inspirasi lainnya dalam meraih mimpi. Sukuri, mendapat beasiswa S1 jurusan landscape agriculture Jiangsu Agrianimal Husbandry Vocational College (JAHVC), Cina. Anak lakilaki yang ditinggal ayahnya sejak berusia 6 tahun ini merupakan santri Pesantren Anwarul Huda Genukwatu, Kecamatan Ngoro, Jombang, Jawa Timur. Meski bukan berasal dari kalang an mampu secara ekonomi, Sukuri tidak patah semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement