Selasa 03 Sep 2019 04:09 WIB

Spirit Tahun Baru Hijriyah

Momentum pergantian tahun baru Hijriyah sangat penting untuk kembali kita maknai.

Warga melakukan pawai obor menyambut Tahun Baru Islam 1440 Hijriyah di kawasan Astanaanyar, Kota Bandung, Senin (10/9) malam
Foto: Abdan Syakura
Warga melakukan pawai obor menyambut Tahun Baru Islam 1440 Hijriyah di kawasan Astanaanyar, Kota Bandung, Senin (10/9) malam

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Imron Baehaqi

Momentum pergantian tahun baru Hijriyah sangat penting untuk kembali kita maknai. Lebih-lebih sebagai umat Islam, sudah seharusnya mengambil hikmah dan pelajaran berharga dari setiap pergantian tahun ini.

Pertama, peralihan tahun ini mengingatkan kita bahwa bilangan bulan dalam satu tahun yang terdiri atas 12 bulan ini sudah ada sejak Allah menciptakan langit dan bumi (QS at-Taubah [9]:36). Di antara 12 bulan tersebut, Allah melebihkan kemuliaan sebagian bulan atas seba gian yang lain, misalnya empat bulan yang dimuliakan, yaitu bulan Dzulqai dah, Dzulhijah,Muharram, dan Rajab.

Pada bulan tersebut, Allah melarang melakukan kezaliman karena kezaliman yang dikerjakan pada bulan-bulan tersebut dilipatgandakan dosanya. Sebaliknya, melakukan kebajikan atau amal saleh di dalamnya akan dilipatgandakan pahalanya. Pada empat bulan tersebut juga umat Islam dilarang untuk berperang.

Kedua, mengingatkan kita tentang peristiwa hijrah yang banyak meng andung hikmah dan pelajaran. Hijrah dari Makkah ke Madinah disejajarkan dengan kemuliaan orangorang Mukmin sejati dan jihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka.

Ketiga, peristiwa hijrah dapat dinilai sebagai proses seleksi orangorang terbaik. Dengan hijrah ini maka diketahui siapa sebetulnya orangorang yang benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mem bela agama-Nya, mencintai dan loyal kepada Rasul-Nya, termasuk menge tahui siapa yang ragu terhadap Islam dan memusuhinya.

Alquran menjelaskan, orang-orang Muslim di Makkah yang tidak mau pergi hijrah padahal mereka sang gup melakukannya, sehingga kemudian mereka dikuasai dan di pak sa oleh orang-orang kafir untuk pergi ke Badar memerangi kaum Muslimin, maka status orang-orang tersebut adalah zalim kepada diri mereka sendiri. Seandainya mereka mati dalam perang tersebut, tempatnya adalah neraka jahanam, seburuk-buruknya tempat (QS an- Nisa [4]:97).

Keempat, hijrah mendorong kita untuk membangun inklusi sosial berbasis tauhid dan nilai-nilai akhlak mulia, seperti hidup rukun dan damai, toleransi, persahabatan, persatuan, dan kerja sama. Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang membangun inklusi dan integrasi sosial dengan membina persahabatan dan persaudaraan sejati antara kaum muhajirin dan ansar.

Kelima, hakikatnya pergantian tahun ini hendaklah menyadarkan kita bahwa usia kita juga bertambah. Manakala umur bertambah, berarti bertambah dekatlah dengan kematian. Wallahu al-Musta'an. ¦

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement