Senin 02 Sep 2019 16:00 WIB

Giri Kesumo Sambut Tahun Baru dengan Grebeg Sura

Gunungan dan tumpeng tersebut diarak keliling desa

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Agung Sasongko
Warga berebut gunungan hasil bumi dalam prosesi Tradisi Grebeg Suro Girikusumo di Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak, Jawa Tengah, Kamis (21/9).
Foto: Antara/Aji Styawan
Warga berebut gunungan hasil bumi dalam prosesi Tradisi Grebeg Suro Girikusumo di Desa Banyumeneng, Mranggen, Demak, Jawa Tengah, Kamis (21/9).

REPUBLIKA.CO.ID, DEMAK -- Empat buah gunungan hasil bumi dan dua buah tumpeng meriahkan Grebeg Sura, guna menyambut tahun baru Hijriyah, di pondok pesantren (ponpes) Giri Kesumo, Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Ahad (1/9).

Gunungan dan tumpeng tersebut diarak keliling desa dan sebagai puncak dari kegiatan Grebeg Sura ini, adalah pembacaan doa oleh pengasuh ponpes Giri Kesumo, KH Muhammad Munif Zuhri (Mbah Munif) yang diikuti oleh ribuan warga.

Ribuan warga dari berbagai daerah --yang sudah menunggu sejak pagi di halaman masjid Ageng Giri Kesumo-- ini pula yang akhirnya memperbutkan gunungan yang sudah diarak keliling desa tersebut. Salah satunya adalah Siti Aminah, warga Pekalongan.

“Alhamdulillah, ini dapat kelapa sama pare. Semua merupakan barang yang memiliki banyak manfaat," ungkapnya, usai berebut gunungan.

Sementara itu, prosesi Grebeg Sura yang digelar ponpes Girikesumo setiap 1 Muharram ini diikuti ribuan santri dan warga berbagai daerah di Jawa Tengah.

Kegiatan diawali dengan kirab jubah milik Mbah Muhammad Hadi, Mbah Zaenuri dan Mbah Muhammad Zuhri menuju area permakaman.

Usai ziarah, iringan kirab  kembali ke masjid Giri Kesumo untuk prosesi pembacaan doa oleh Mbah Munif. Kirab diikuti pasukan pembawa bendera merah putih, para ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat, ribuan warga serta 40 santri dan ustadz/ ustadzah Ponpes Giri Kesumo.

Mereka membawa kendi berisi air yang berasal dari sumur berkah, yakni sumur yang pada masanya dibuat oleh Mbah Muhammad Hadi, pada tahun 1886 silam.

“Jumlah 40 kendi tanah, disesuaikan atau mengambil makna dari ajaran Mbah Hadi. Bahwa kesempurnaan ilmu mengaji di Giri Kesumo itu 40 hari tirakat," kata Ketua Panitia Grebeg Sura Giri Kesumo, Edi Yusuf.

Apabila santri, utamanya santri thariqah sudah tirakat selama 40 hari, maka sudah dikatakan lulus oleh beliau (Mbah Hadi). "Bahkan hingga sekarang masih terus dilestarikan, di ponpes Giri Kesumo ini," jelasnya.

Ia juga menjelaskan, tumpengan dan gunungan hasil bumi yang diarak, sebagai ikhtiar rasa syukur dan meminta keberkahan kepada Allah SWT. "Termasuk berharap kesejahteraan keselamatan bagi masyarakat sekitar, bangsa dan negara Indonesia ini," tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement