REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permadani adalah salah satu karya seni bernilai tinggi yang berkembang pesat di era kejayaan Islam. Keindahan permadani yang diciptakan para seniman di dunia Islam telah membuat takjub peradaban Barat. Betapa tidak. Permadani yang telah dikuasai masyarakat Muslim di masa kekhalifahan itu kerap disebut sebagai puncak karya seni.
Tak heran, jika permadani menjadi buah karya seni Islami yang begitu populer di dunia Barat. Seni membuat permadani mulai didominasi peradaban Islam, setelah kekhalifahan mampu menge pakkan sayap kekuasaannya hingga ke Persia. Sejatinya, cikal bakal seni membuat permadani telah muncul jauh sebelum dunia Islam menjadi adikuasa.
Arkeolog berkebangsaan Rusia, Prof Rudenko, pada 1949 menemukan selimut Pazyryk di Pegunungan Altai di Siberia, Kazakhstan, bertarikh 5 SM. Setelah peradaban Islam mencapai kejayaannya, industri pembuatan permadani berkembang pesat, tak cuma di Asia Tengah dan Iran, namun juga di Kaukasus, India Utara, dan Spanyol Muslim.
Sebagai sebuah karya seni bernilai tinggi, permadani mendapat tempat khu sus dalam kebudayaan masyarakat Muslim. Apalagi, ayat Alquran menjanjikan surga yang di dalamnya terhampar permadani bagi umat yang bertakwa: “Me reka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan, buah-buahan di kedua syurga itu dapat (dipetik) dari dekat.’‘ (QS: AR Rahman: 54).
Bagi masyarakat suku Badui Arab, Persia, dan Anatolia, permadani menjadi benda yang sangat penting dalam ke hi dupan mereka, seperti untuk membuat tenda untuk melindungi diri dari badai pasir dan alas lantai yang nyaman bagi rumah tangga. Selain itu, permadani pun digunakan untuk menjadi hiasan dinding atau pembatas ruangan. Bahkan juga, di pakai sebagai selimut, tas, dan pelana kuda.
Permadani pada da sarnya digunakan di dunia Islam sebagai alas lantai masjid dan rumah-rumah. Tak jarang, permadani pun digunakan se bagai hisan dinding di istana-istana raja pada zaman keemasan Islam.
Para seniman permadani Muslim pada zaman kejayaan Islam biasanya menggunakan bulu domba (wol), kambing, atau bulu unta sebagai bahan pembuatan perma dani. Seiring waktu, kapas dan sutera ju ga dijadikan bahan untuk menciptakan per madani.
Sejarah mencatat, permadani tertua yang berasal dari dunia Islam ditemukan di Fustat—Kairo Tua—bertarikh 821 M. Selain itu, juga ditemukan pula permadani bernilai tinggi yang dibuat pada abad ke-13, 14, dan 15 M. Berdasarkan pada bentuk ikatan desain hiasannya, per madani peninggalan dari zaman ke jayaan itu terbagi ke dalam dua jenis. Yang pertama berasal dari Spanyol Muslim, tampil dengan desain hiasan geometri.
Jenis yang kedua diyakni berasal dari Anatolia. Desain hiasannya berbentuk binatang. Konon pada abad ke-14 dan 15 M, desain hiasan seperti itu sedang tren. Adanya kesamaan antara permadani yag ditemukan di Anatolia dan Spanyol Muslim membuat sejumlah sejarawan mengambil kesimpulan bahwa permadani yang ditemukan di kedua wilayah itu sebenarnya adalah permadani yang didatangkan dari Kekhalifahan Fatimiyah di Mesir.