Senin 26 Aug 2019 18:17 WIB

Ke Mana Peran Dosen Tafsir Alquran Saat Hadapi Radikalisme?

Peran dosen tafsir hadapi radikalisme masih minim.

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Nashih Nashrullah
Membaca Alquran (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Membaca Alquran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Asosiasi Ilmu Alquran dan Tafsir (AIAT) menyatakan kontribusi para dosen atau pengajar ilmu Alquran dan tafsir di Indonesia dalam menangkal radikalisme dinilai masih kurang. Ketua AIAT, Phil Sahiron, menjelaskan paham radikalisme ini masih merebak di masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan masih terjadinya kasus terorisme di Indonesia.

Sementara, kontribusi dari dosen IAT ini sangat dibutuhkan. Sebab, kebanyakan paham radikalisme ini terjadi karena pemahaman ilmu agama yang tidak sesuai.

Baca Juga

"Fenomena itu harus dijawab oleh dosen, jangan diam saja. Munculnya radikalisme banyak faktor, tapi salah satunya pemahaman. Mereka punya semangat keislaman tinggi tapi keilmuannya yang bermasalah," kata Sahiron kepada Republika.co.id, di Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Kendati demikian, Sahiron mengakui banyak dosen IAT yang telah menyampaikan pandangannya terkait paham radikalisme ini melalui berbagai penelitian. Namun, sayangnya penelitian tersebut tidak diakses dan tidak diaplikasikan secara luas kepada masyarakat.

Sehingga, penelitian tersebut tidak bisa dimanfaatkan masyarakat. "Makanya tantangan hari ini adalah bagaimana dosen itu mampu menyampaikan pandangannya ke masyarakat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement