REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid al-Haram merupakan tempat yang disucikan seluruh umat Islam. Di dalamnya terdapat sejumlah tempat sakral, seperti Ka'bah yang menjadi kiblat shalat dan tawaf. Kemudian, tempat sa'i atau mas'a, Maqam Ibrahim, sumur zamzam, dan hijir Ismail.
Di tempat ini, umat Islam tak hanya melaksanakan shalat, tapi juga umrah. Di dalamnya ada tawaf, mencium hajar aswad, sa'i, dan tahalul. Yang menarik dari masjid ini adalah fasilitas air zamzam yang tak pernah habis. Kapan pun dan berapa pun umat Islam ke sana, pasti dapat menikmati air tersebut.
Masjid ini mengalami beberapa kali renovasi. Yang pertama adalah pada era 1955 di bawah kepemimpinan Khadimul Ha ramain Raja Abdul Aziz as-Saud. Dia memperluas area masjid dan menyatukannya dengan mas'ayang juga direnovasi menjadi lebih baik.
Jamaah haji Indonesia melintasi gambar Masjidil Haram di ruangan tunggu terminal dengan fasilitas Eyab di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah.
Beberapa tahun kemudian, area masjid dinilai semakin sempit karena jamaah haji selalu bertambah setiap tahunnya. Karena itulah, Raja Fahd bin Abdul Aziz pada era 1990-an memperluas lagi bangunan masjid ini. Fasilitas di sana juga semakin ditambah seperti pendingin ruangan dan lainnya.
Hal sama juga dilakukan penerusnya, yaitu Raja Abdullah bin Abdul Aziz. Area perluasan Raja Abdullah terlihat begitu megah. Arsitekturnya khas Timur Tengah dengan menara-menara tinggi yang menopang atap tempat sujud tersebut.
Khadimul Haramain saat ini Raja Salman bin Abdul Aziz as-Saud juga melakukan hal sama. Masjid semakin diperluas yang diprediksi selesai dilakukan pada 2020. Pada Juli 2015 dia mengumumkan dimulainya perluasan masjid. Letaknya di sebelah utara.
Jamaah haji melaksanakan tawaf mengelilingi Ka'bah, Masjidil Haram, Rabu (14/8). Seusai lempar jumrah bagi yang nafar tsani pada 13 Dzulhijjah, Masjidil Haram kembali dipadati jamaah haji.
Proyek senilai 10.6 miliar dolar AS itu akan menambah kapasitas jamaah menjadi 2,5 juta orang. Artinya, mampu menampung semua jamaah haji (2,3 juta jiwa) dalam satu waktu.
Perluasan juga mencakup area tawaf atau mataf. Semua area dalam ruangan akan dilengkapi fasilitas pendingin. Sehingga, jamaah akan semakin nyaman beribadah di dalamnya.
Dua menara dibangun sehingga total ada 11 menara berdiri tegak mendekati langit. Di sana akan ada pengeras suara yang menggemakan suara azan ke berbagai penjuru mata angin.
Beberapa hari menjelang puncak haji suasana shalat berjamaah di Masjidil Haram di malam hari dipadati ratusan ribu jamaah.
Bangunan perluasan ini terlihat unik. Bagian atapnya mirip dengan Masjid Nabawi.
Kubah-kubah di sana dapat terbuka sehingga cahaya matahari dapat masuk pada pagi hingga sore hari. Pada saat itu, cahaya akan menerangi karpet dan bangunan bagian dalam, semakin mempercantik interior masjid.
Namun, tidak menambah suhu ruangan. Sebab, pendingin tetap menyemburkan hawa dingin yang membuat jamaah di dalamnya tetap nyaman untuk beraktivitas.
Nuansa elite sangat terasa pada bagian dalam. Seperti terlihat pada setiap pilar yang pada bagian tengahnya terdapat lam pu dengan hiasan berwarna emas. Sangat indah.
Kondisi Masjidil Haram setelah dihentikannya operasional bus shalawat, Rabu (7/8). Kondis Masjidil Haram tampak lengang dibandingkan beberapa hari sebelum.
Pilar dan bagian atap masjid ini mirip dengan bangunan bersejarah warisan per adaban Islam masa lalu. Namun, sentuhan tek nologi seperti buka-tutup kubah, membuatnya terlihat kekinian dan sangat berkelas.
Yang paling khas dari area perluasan era Raja Salman adalah toilet. WC yang digunakan lebih bagus dibandingkan toilet lama. Ada WC duduk yang sangat nyaman. Kemudian, area berwudhu yang dilengkapi dengan tempat duduk. Sehingga, toilet ini nyaman untuk kaum muda dan tua.
Pada hari-hari biasa, masjid ini dipenuhi ratusan ribu orang yang melaksanakan umrah. Namun, pada Ramadhan dan musim haji, tempat itu berubah menjadi lautan manusia. Muslim dari berbagai negara berdatangan ke sana untuk beribadah umrah dan haji.
Sejumlah jamaah mengambil air wudhu yang berada di bawah Tower Zamzam, Makkah, Rabu (14/8) sesaat sebelum berlangsungnya shalat zhuhur. Jamaah haji kembali memadati Masjidil Haram selepas pelaksanaan lempar jumrah di Mina.
Ketika itu, masjid tak mampu menampung. Mereka tumpah ruah ke area luar, bahkan hingga ke dalam Menara Zamzam yang berdiri dekat area masjid. Tempat sujud ini bukan semata-mata tempat ibadah. Masyarakat setempat biasanya datang ke sana pada sore hingga pagi hari untuk bercengkerama bersama keluarga. Mereka menggelar tikar dan menyantap hidangan yang mereka bawa dari rumah sambil menikmati suasana sekitar.
Suasana kekeluargaan begitu terasa di sana. Mereka tetap asyik duduk bersama sambil membicarakan berbagai hal hingga tak terasa malam berganti menjadi pagi.Azan Subuh berkumandang dan mereka kembali melaksanakan shalat berjamaah.