REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit THT dan Pengobatannya Meski di era kekhalifahan belum ada peralatan yang bisa digunakan untuk mendiagnosis penyakit, para dokter Muslim telah mampu melakukannya. Bermodalkan observasi yang baik dan keahlian klinis, para dokter itu mampu mendiagnosis kebanyakan penyakit telinga, hidung, dan tenggorokan (THT).
Ar Razi, misalnya, memiliki cara sendiri untuk mendiagnosis dan mengobati pasien penyakit THT. Dalam kitabnya yang berjudul Al Hawi, dokter termasyhur di awal abad ke-10 itu memeriksa pasiennya di bawah cahaya matahari langsung. Dia juga menggunakan mikroskop cermin. Untuk memeriksa telinga dan hidung, Ar Razi menggunakan spekula. Sedangkan, untuk memeriksa mulut dan tenggorokan, ia
menggunakan penekan lidah.
Dokter termasyhur itu juga menjelaskan penyebab penyakit yang sering terjadi di bagian luar dan tengah te linga. Tak cuma itu, Ar Razi pun memerinci satu per satu jenis penyakit di bagian telinga. Selain itu, dia juga menjelaskan penyakit lainnya yang biasa terjadi pada hidung, mulut, kerongkongan, dan tenggorokan. Ar Razi pun
tercatat sebagai dokter pertama yang menjelaskan rhinorrhea atau penyakit ingusan berikut penyebabnya.
‘’Dialah dokter pertama yang menggunakan alkohol sebagai antiseptik,’‘ papar Prof Mostafa Shehata. Hampir sama dengan Ar Razi, Ibnu Sina juga mendiagnosis penyakit THT dengan menggunakan mikroskop cermin, spekula khusus, serta melakukan diagnosis dengan jari untuk membedakan beragam bengkak.
Dengan kemampuannya yang tinggi dalam meraba, Ibnu Sina bisa mendiagnosis
penyakit mulut, tenggorokan, dan kerongkongan dengan sangat akurat. Ibnu Sina pun dapat membedakan antara tumor jinak dan ganas yang menular. Dia juga mengurai - kan secara detail informasi mengenai telinga, hidung, dan gejala ketulian, vertigo, ingusan, telinga berdengung ( tinnitus), gangguan pita suara ( hoarseness), sa kit
menelan ( dysphagia), dan gangguan pada pernapasan ( stidor).
‘’Ibnu Sina menjelaskan secara pe rinci satu per satu tentang penyebab ke tulian dan telinga berdengung,’‘ imbuh Prof Mostafa.
Sedikitnya, Ibnu Sina menjelaskan lima jenis gangguan yang menyebabkan telinga berdengung. Ia juga menemukan beberapa peralatan baru untuk menguji dan mendiagnosis penyakit. Salah satunya dengan menemukan saluran bengkok yang terbuat dari perak atau emas untuk menyelamatkan pasien yang tercekik.
Menurut Mostafa, Ibnu Sina merupakan dokter yang paling berjasa dalam menemukan en dotracheal intubation sebuah prosedur medis dengan menempatkan sebuah saluran (pipa) kepada trakea. Proses ini dilakukan untuk membuka saluran udara ketika memberi oksigen, pengobatan, atau pembiusan. Namun, sejarawan kedokteran Barat tak mengakui jasa Ibnu Sina dalam endotrache al intubation.
Mereka malah menyata kan bahwa Mac Ewan dan Einsenme nger yang baru hidup pada tahun 1847 sebagai penemu endotracheal intubation. Dokter Muslim lainnya yang mem beri kontribusi dalam pengobatan THT adalah Ibnu Al Baladi (971 M). Ia banyak membahas diagnosis dan penyembuhan penyakit THT. Hal yang sama juga dilakukan dokter terkemuka di Seville pada abad ke-12 M, Ibnu Zohr.
Dia juga menyumbangkan pe mikiran dan hasil penelitiannya mengenai diagnosis
dan penanganan penyakit THT. Sementara itu, Al Zahrawi Bapak Ilmu Bedah Modern banyak membahas operasi telinga, hidung, dan tenggorokan secara perinci dalam kitab Al Tassreef. Apa yang ditemukan dan di kembangkan oleh para dokter Muslim di era kekhalifahan itu diadopsi dan diserap dokter di Eropa.
Berbekal pengetahuan yang ditransfer dari peradaban Muslim itulah Eropa mengalami Renaisans. Inilah salah satu pengakuan terha dap kontribusi peradaban Islam dalam dunia kedokteran.
‘’Kedokteran itu tak ada sampai Hippocrates menciptakannya, kedokteran mati sampai Galen meng hidupkannya, kedokteran tercerai-berai sampai Ar Razi menyatukannya, dan kedokteran tak lengkap hingga Ibnu Sina menyempurnakannya,’‘ tutur seorang dokter Eropa bernama De Boer.