REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan para elite politik untuk tidak saling berebut kekuasaan tanpa hati. Dia berharap elite memiliki kepedulian terhadap keadaan Indonesia yang dinilainya masih punya segudang masalah.
"Kesenjangan sosialnya masih tinggi. Harus ada jiwa kepedulian terhadap keadaan, jangan menikmati dan berebut kekuasaan tanpa hati. Ini penting jadi pelajaran agar kita naik kelas secara beradab supaya tidak ribut dalam hal-hal yang sifatnya kekuasaan," kata dia seusai berceramah pada Shalat Idul Adha di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Ahad (11/8).
Haedar menyoroti pentingnya kesalehan dalam diri seorang Muslim. Jika kesalehan terus ditingkatkan, maka akan melahirkan sikap religius dari tingkat warga sampai elite negara. Korupsi dan tindakan sewenang-wenang pun tidak akan merajalela.
"Termasuk mereka yang merasa punya hasrat kuasa berlebih sehingga kekuasaan itu hanya untuk meraih kursi. Ini karena tingkat kesalehannya tidak teraktualisasi. Mereka beragama, mereka fasih, tetapi kesalehan itu tidak membuat dirinya tertekan dalam kebaikan," tambahnya.
Orang yang teraktualisasi kesalehannya, papar Haedar, tentu tidak akan melakukan tindak pidana korupsi. Sebab menurutnya koruptor adalah orang yang merasa dirinya bisa menipu sistem tetapi lupa bahwa Allah SWT tidak akan pernah tertipu. Karena itu, dia menekankan, jiwa yang saleh akan melahirkan religiusitas.
Selanjutnya Haedar juga menyoroti solidaritas, di mana solidaritas sosial terus berkembang di Indonesia. Banyak orang biasa yang berbagi maupun berkurban meski hal ini harus terus ditingkatkan.
Namun Haedar menekankan soal solidaritas yang memposisikan diri senasib dengan mereka yang berkurangan. Solidaritas seperti ini akan melahirkan kepedulian sesuai dengan posisi dan peran masing-masing.
"Yang muncul sekarang adalah egoisme terlebih di para elite, bisa kita lihatlah sekarang. Pasca Pilpres, Pileg, para elite tidak berpikir bangsa ini mau dibawa ke mana tetapi satu sama lain saling menjatah kursi. Kemudian berebut kursi," ucap dia.
Haedar mengingatkan kembali terkait nilai-nilai Pancasila dan Indonesia sebagai sebuah bangsa. "Memang betul partai politik dan elite politik itu pekerjaan utamanya ya siapa dapat apa bagaimana caranya. Tapi kita adalah bangsa Indonesia, katanya punya Pancasila, katanya religius, mestinya menyadarkan elote bahwa bangsa ini problemnya banyak," tuturnya.