Sabtu 07 Jun 2025 05:22 WIB

Saat Iblis Berusaha Halangi Nabi Ibrahim Berkurban

Allah mewahyukan kepada Nabi Ibrahim agar menyembelih putranya, Ismail.

Jamaah haji melempar jumrah aqobah di Jamarat, Makkah (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE
Jamaah haji melempar jumrah aqobah di Jamarat, Makkah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah lama menanti, Nabi Ibrahim AS akhirnya memiliki keturunan. Istri kedua beliau, Hajar, mengandung anak. Bayi ini kemudian diberi nama Ismail.

Nabi Ibrahim sangat menyayangi Ismail sebab dia adalah putra yang sangat ditunggu-tunggu kelahirannya. Namun, ketika sang anak dalam usia lucu-lucunya, rasul yang bergelar "sang kekasih Allah" (Khalilullah) itu mendapatkan wahyu untuk menyembelih anak kesayangannya itu.

Baca Juga

"Maka ketika anak itu (Ismail) sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, 'Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!' Dia (Ismail) menjawab, 'Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar'" (QS as-Saffat: 102).

Dalam kitab tafsir ibn Jarir al Tabari, terdapat ketertarikan yang diriwayatkan Ibnu Abbas yang menjelaskan bahwa mimpinya nabi Ibrahim terkait perintah menyembelih putranya itu terjadi tidak hanya sekali melainkan terjadi beberapa kali. Para ulama sepakat bahwa mimpi para nabi itu adalah mimpi yang benar berupa wahyu (arru'ya as shodiqah).

Berdasarkan riwayat Ibnu Abbas itu dijelaskan bahwa pada tanggal 8 Dzulhijjah Nabi Ibrahim belum menceritakan ihwal mimpinya menyembelih Ismail. Kala itu, sang Khalilullah masih berada di Mina. Ia pun merenungkan tentang mimpinya. Karenanya hari itu juga disebut yaumul tarwiyah, yang sejatinya bermakna 'hari merenung.'

Keesokan harinya, yakni pada 9 Dzulhijjah, Ibrahim AS kembali bermimpi yang sama, yakni menyembelih putranya. Kala itu, ia sedang berwukuf di Padang Arafah. Ibrahim AS baru mengerti dan yakin bahwa mimpi yang dialaminya adalah mimpi yang benar atau wahyu (ru'ya as shodiq). Karenanya, hari itu kelak disebut juga sebagai Yaumul Arafah.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement