Rabu 07 Aug 2019 05:00 WIB

Air Mata Istri Mbah Moen dan Doa Lirih di Balik Pagar Ma'la

Istri Mbah Moen mendoakan dari belakang pagar Ma'la.

Jàmaah haji asal Indonesia ikut menghadiri prosesi pemakaman KH Maimoen Zubair di pemamakan Ma'la, kawasan Dahlatul Jin, Makkah, Selasa (6/8).
Foto: Republika/M Hafil
Jàmaah haji asal Indonesia ikut menghadiri prosesi pemakaman KH Maimoen Zubair di pemamakan Ma'la, kawasan Dahlatul Jin, Makkah, Selasa (6/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH— Istri KH Maimoen Zubair, Heni Maryam, yang akrab dipanggil Bu Nyai tak kuasa membendung air mata saat hanya bisa mengantarkan kepergian sang suami tercinta dari balik pagar Pemakaman Ma'la di Kota Makkah, Selasa (6/8).

Bu Nyai terdengar terus memanjatkan doa lirih yang menyayat hati sepanjang acara pemakaman yang dilaksanakan selepas shalat zuhur atau sekitar pukul 13.00 waktu Mekkah.

Baca Juga

Sesuai dengan ketentuan Pemerintah Arab Saudi, perempuan memang tidak diperkenankan untuk masuk ke dalam kompleks Pemakaman Ma'la sehingga hanya bisa menyaksikan acara pemakaman dari pagar-pagar besi di sekeliling makam di mana istri Rosul, Siti Khadijah dimakamkan tersebut.

Dengan mengenakan kerudung hitam dan berkaca mata hitam, Heni tampak ingin menyembunyikan raut kesedihan dari jamaah yang tak henti menyalami dan mengerumuninya.

Dia hanya diteduhi semacam pelindung kaca mobil dan duduk di atas kursi roda menyaksikan sang suami diantarkan oleh ribuan orang ke peristirahatannya yang terakhir.

Perempuan asal Kudus itu sejatinya tak bisa melihat dengan jelas bagaimana sang suami dibaringkan di liang lahat lantaran begitu banyak jamaah yang menutup pandangan hingga rapat.

Sampai pada saat pemakaman rampung, ia hanyamenatap pusara sang suami sampai kemudian salah seorang santrinya berupaya membuka kerumuman dengan teriakan. "Tolong buka, Bu Nyai mau lihat," katanya.

Kerumunan jamaah yang awalnya begitu rapat pun akhirnya terbuka dan memungkinkan Bu Nyai bisa melihat pusara sang suami. Dia pun memanjatkan doa-doa dengan semakin keras sementara kepokanan perempuan dan beberapa orang yang mengerumuninya mengamini terus doa-doanya.

Di hadapannya tampak pusara Mbah Moen telah rapi dengan hanya penanda dua batu tanpa dibuat gundukan melainkan rata sebagaimana pusara-pusara lain di sekitarnya.

Hanya beberapa menit, Heni tampak tak ingin larut dari kesedihan, dia pun kemudian meminta untuk kembali ke mobil dan kursi rodanya ditarik oleh keponakannya. Sepanjang menuju kendaraan, jamaah mengerumuni dan berupaya untuk mendekat menyalami dan memeluknya.

photo
Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, KH Anwar Mansyur mendoakan jenazah KH Maimoen Zubair usai melaksanakan shalat jenazah di Kantor Urusan Haji Indonesia Makkah, Selasa (6/8).

Sebelumnya, Bu Nyai menemani Mbah Moen dari sejak dilarikan ke RS Al Noor pada Selasa pagi sekitar pukul 03.00 waktu setempat. Sampai kemudian dinyatakan meninggal, Heni terus mendampingi sang suami hingga disemayamkan di Kantor Urusan Haji Indonesia Daerah Kerja Mekkah di Syisyah.

Saat tiba di sisi jenazah sang suami, seorang santri tampak membukakan kain kafan Mbah Moen di bagian wajah agar sang istri bisa melihat raut Mbah Moen untuk terakhir kalinya.

Pemakaman Ma'la sejatinya merupakan pemakaman yang dikhususkan bagi masyarakat asli Makkah sementara pemakaman bagi warga dari luar Makkah mestinya di tempat lain namun otoritas Saudi mengizinkan Mbah Moen sebagai ulama besar untuk menjadi bagian dari Kota Makkah dengan dimakamkan di Ma'la.

Sejumlah tokoh penting yang dimakamkan di Jannatul Ma’la Mekkah di antaranya Syekh Nawawi al-Bantani (buyut Kiai Ma’ruf Amin), Syekh Amin al-Quthbi al-Lomboky, Syaikh Khotib Minangkabau, Sayyidah Khadijah al-Kubro, Sayyid Ibrohim, Sayyid Qosim, dan Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki.

 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement