Ahad 28 Jul 2019 06:06 WIB

Nikmatnya Mendekati Allah

Allah SWT senang, sayang, dan cinta kepada hamba-Nya yang selalu bertakwa.

Mengingat Allah Ilustrasi.
Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Mengingat Allah Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Biki Zulfikri Rahmat

 

Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya setiap amalan bergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya maka hijrahnya kepada yang ia tuju, (HR Bukhari dan Muslim).

Allah SWT senang, sayang, dan cinta kepada hamba-Nya yang selalu bertakwa. Karena dengan ketakwaannya, ia akan mampu menyadari keberadaan-Nya (consciousness of god) dalam hidup sehari-hari. Dengan kesadaran akan hadirnya Allah dalam hidup inilah, seorang hamba benar-benar akan menjauhi larangan-Nya dan bersegera menunaikan perintah-Nya.

Mengapa? Karena ia akan begitu mencintai Allah lebih daripada segalanya sehingga setiap titah-Nya akan segera dilaksanakan. Konsistensi kita beribadah kepada Allah, tentunya akan menyebabkan Dia (Allah) jatuh cinta karena kita gemar melakukan amal shaleh. Meski amal yang kita laksanakan itu sedikit, tapi berhasil dikerjakan secara terus-menerus, insyaallah akan membuat Allah begitu mencintai kita yang bertakwa. Lantas, dengan cara apakah kita mampu mencapai derajat takwa sehingga dicintai Allah?

Dia akan merasa senang saat kita selalu menemui-Nya di seperempat malam, dan begitu marah saat kita tidak pernah mengeluh di hadapan- Nya. Bersegeralah mendekati Allah, agar hati dan jiwa kita dilumuri caha ya-Nya, dicerahkan batin, dan diluaskan pintu wawasan. Dengan demikian, kita akan menjadi manusia yang melihat kehidupan yang serbasulit dengan lapang dada.

Allah SWT berbeda dengan pejabat negara, yang harus melewati protokoler lebih dahulu saat hendak bertemu dengannya. Dia (Allah) selalu siap sedia selama 24 jam penuh bersiaga untuk mendengarkan keluh kesah kita, curhatan kita, dan merespons doa-doa kita. Karena itu, dekatilah Allah dengan penuh ketulusan, juga niat yang bersih dan suci.

Sebab, tanpa ketulusan dan kesucian, hati akan mudah dikotori anasir penyakit hati yang degil dan penuh dedakian nafsu syahwat. Akibatnya, saat kita mendekati Allah dengan niat yang kotor, setiap ibadah akan menjadi sia-sia. Mendekati-Nya tidak rumit dan tidak birokratis sehingga tanpa washilah orang lain pun, ibadah yang dilaksanakan akan mendapat pahala dari Ilahi Rabbi.

Di dalam Alquran, Allah SWT berfirman, Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (QS Qaaf [50]: 16). Akhirul kalam, dengan niat yang kotor, degil, sarat nafsu, dan rendah, tentu membuat ibadah yang kita kerjakan menjadi sia-sia; sehingga tiada berarti apa pun terhadap proses mendekati-Nya.

Dengan demikian, untuk mendekati Allah, harus diniatkan secara tulus dan ikhlas karena niat adalah fondasi dasar. Dari niat yang benar, amal ibadah kita akan menjadi sebuah upaya pendekatan pada-Nya yang terasa nikmat, berkah, dan berfaedah. Wallahua'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement