Senin 15 Jul 2019 20:45 WIB

Kurban dan Cinta

Cinta dan patuh Nabi Ibrahim kepada Allah SWT diwujudkan melalui pelaksanaan kurban

Hewan Kurban (Ilustrasi)
Foto: Republika TV/Muhammad Rizki Triyana
Hewan Kurban (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Roni Ismail

Ibrahim berkata, ''Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!'' Ia menjawab, ''Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'' (QS Ash Shaffat: 102).

Baca Juga

Berkurban pada Idul Adha adalah bentuk pengagungan cinta kepada Sang Khalik. Allah SWT menguji kecintaan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail, yang sangat dicintainya.

Cinta Ibrahim terhadap Allah SWT, dan cinta Ismail terhadap ayah dan Tuhan-Nya, menjadikan keduanya ikhlas dan patuh melaksanakan perintah itu. Meski, Allah SWT menggantinya dengan seekor kambing.

''Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.'' (QS Ash Shaffat:107). Ritual kurban yang telah menjadi syariat Islam ini adalah untuk mengenang perwujudan konsep cinta dan kemanusiaan. Pengorbanan untuk sesama dalam rangka membina persaudaraan antarmanusia.

Ada beberapa keteladanan yang patut ditiru dari pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail ini. Pertama, terasa benar bahwa Allah SWT sebagai Dzat yang Penyayang dan Pemurah pada umat-Nya. Dia tidak hanya membatalkan penyembelihan Ismail, tapi sekaligus memberi ganti seekor kambing kepada hamba yang taat dan mau mengorbankan miliknya karena cinta kepada-Nya.

Kedua, Allah SWT mengajarkan bahwa hidup manusia sangatlah berharga. Dia tidak ingin mengorbankan satu manusia untuk menunjukkan kekuasaan-Nya. Dia tidak semena-mena terhadap yang lemah.

Ketiga, cinta sejati diwujudkan dengan kerelaan berkorban. Berkorban karena rasa cinta kepada-Nya. Wujud cinta kepada Allah SWT adalah kerelaan hidup dengan kesalehan. Dalam konteks Islam, seluruh hidup adalah ibadah. Esensi ibadah, mengatur hubungan yang baik dengan Allah SWT dan antara manusia dengan sesamanya.

Damai antara manusia ini salah satunya diwujudkan dengan kurban. Menyembelih hewan ternak dan membagikannya kepada fakir miskin, kepada mereka yang kurang mampu.

Sebab, cinta dan ketaatan kepada Allah SWT tidak saja diwujudkan dalam bentuk ibadah mahdhah, tetapi harus terealisasi dalam tindakan nyata, utuh, dan cinta terhadap sesama manusia.

Allah SWT menguji kesediaan mengorbankan sebagian harta yang dimiliki untuk membantu mereka yang kekurangan. Sebagaimana Ibrahim mengorbankan Ismail yang dicintainya untuk Allah SWT.

Inilah ibadah sesungguhnya, menyembah Allah SWT dan berkorban karena cinta untuk sesama. ''Siapa yang memiliki kelapangan, tetapi tidak mau berkurban, janganlah dia mendekati tempat shalat kami.'' (HR Imam Ahmad dan Ibnu Majah). Wallahu a'lam bi ash-shawab.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement