Kamis 11 Jul 2019 15:08 WIB

Tubagus Kalamudin, Ulama Berdarah Biru yang Memilih Beruzlah

Tubagus Kalamudin merupakan ulama keturunan Kesultanan Banten.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Pesantren Ciwedus
Foto: Andrian Saputra/ Republika
Pesantren Ciwedus

REPUBLIKA.CO.ID,  KUNINGAN –  Berabad-abad silam ajaran Islam telah menyebar di tanah Kuningan Jawa Barat. Salah satu buktinya adalah keberadaan makam seorang ulama yang juga masih memiliki darah ningrat dari Kesultanan Banten. Yakni Sultan Tubagus Kalamudin. 

Makamnya pun terawat dengan baik dilingkungan Pondok Pesantren Ciwedus, Kecamatan Timbang, Kabupaten Kuningan. Berdasarkan keterangan Pimpinan Pondok Pesantren Ciwedus, Kiai Ahmad Musthofa Agil, Sultan Tubagus Kalamudin telah bermukim di Kuningan pada awal abad ke-18 atau sekitar 1715 M. 

Baca Juga

Sultan Tubagus Kalamudin kemudian membuka padepokan dan mushala yang kemudian hari menjadi cikal bakal berdirinya Pesantren Ciwedus. Berdasarkan penelusuran Republika,co.id, Sultan Tubagus Kalamudin merupakan putra dari Sultan Abul Mahasin Zainul Abidin (1690-1733) yang bergaris keturunan pada pendiri Kesultanan Banten yakni Sultan Hasanuddin. 

Menurut Kiai Ahmad Mustofa, pilihan untuk hidup Tubagus berkiprah di luar kekuasaan mengantarkan Sultan Tubagus Kalamudin bermukim di Kuningan. Hingga akhirnya, Sultan Tubagus Kalamudin pun mempersunting seorang perempuan bernama Nurwati. 

“Beliau itu memilih tidak menggunakan nama sultan, karena itu di sini dikenalnya Tubagus Kalamudin yang memilih meninggalkan kemewahan, jabatannya,” tuturnya

photo
Makam Tubagus Kalamudin dan Kiai Shobari di Kuningan, Jawa Barat. Andrian Saputra/ Repubika

.

Dari pernikahannya itu, Sultan Tubagus Kalamudin dikaruniai keturunan yakni Siti Mailah yang menikah dengan seorang ulama dari Termas, Jawa Timur yakni Kiai Syuaeb. Sejak masa kiai Syuaeb, atau sekitar 1800 M didirikanlah pondok pesantren Ciwedus di lokasi padepokan Sultan Tubagus Kalamudin

Dari keturunan Kiai Syuaeb inilah lahir sejumlah ulama terkemuka yang mempunyai peran penting dalam penyebaran Islam di Kabupaten Kuningan. Salah satunya yakni Kiai Ahmad Shobari, sosok ulama yang paling berani menentang penjajahan.  

“Kiai Ahmad Shobari inilah yang menjadi guru ulama-ulama terutama di Kuningan, setelah mengaji dari mbah Kolil beliau meneruskan memimpin Pesantren Ciwedus,” katanya. 

Kendati demikian tak banyak yang mengetahui tentang sejarah Kiai Haji Ahmad Shobari seorang ulama kharismatik dan pemberani yang berhasil mensyiarkan Islam di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Dia bukan saja ahli agama khususnya pada bidang tasawuf dan fikih. Melainkan juga salah satu ulama yang berjuang menggelorakan semangat umat Muslim di Kuningan untuk menentang penjajahan Belanda. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement