Ahad 07 Jul 2019 16:06 WIB

Smart Farm AkademIZI Panen Ribuan Ikat Sayur Mayur

AkadmIZI digagas untuk mendorong generasi muda jadi bagian penting sektor pertanian.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Gita Amanda
Seorang petani menyiram lahan pertaniannya. (ilustrasi)
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Seorang petani menyiram lahan pertaniannya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak membutuhkan waktu lama sejak diresmikannya pada 2 Mei 2019 lalu, kini program Smart Farm AkademIZI telah membuahkan hasil dari kesungguhan programnya. Setidaknya beberapa hari lalu, telah dipanen ribuan ikat bayam, ratusan ikat kangkung, dan beberapa jenis lainnya yang merupakan hasil pemberdayaan penerima manfaat.

Direktur Pendayagunaan Inisiatif Zakat Indonesia (IZI), Nana Sudiana, turun langsung untuk ikut serta dan melihat proses panen beberapa jenis sayuran tersebut. Ia mengatakan, program pemberdayaan dari IZI ini sengaja digagas untuk semakin mendorong generasi milenial masuk dan menjadi bagian penting pengembangan sektor pertanian.

Baca Juga

“Program yang masih bersifat pilot project ini didukung para petani muda yang berpengalaman, terbukti sukses dan bahkan sudah berprestasi di berbagai tingkatan. Juga didukung masyarakat, hingga Kepala Dinas Pertanian Tangerang,” ujar Nana dalam keterangan tertulisnya, Ahad (7/7).

Ada empat jenis tanaman yang dipanen oleh Tim IZI termasuk Nana yang ikut turun langsung, bersama para petani peserta Smart Farm yakni caisim, kangkung, terong dan bayam.

Keempat jenis sayuran tersebut merupakan jenis sayuran yang banyak digunakan masyarakat Indonesia, baik untuk sayur atau sebagai bahan campuran makanan lainnya. Misalnya saja caisim yang biasa menjadi penyedap dan pengharum dalam hidangan mi ayam dan bakso.

Keberhasilan ini bisa dilihat dari hasil panen yang diperoleh. Untuk kangkung dengan bibit 1 kilogram menghasilkan 200 ikat dihargai Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per ikatnya. Kemudian untuk bayam, dengan menebar 7 bungkus bibit bayam menghasilkan 9.000 ikat, dengan harga Rp 1.500 per ikatnya.

Sementara untuk caisim diperoleh 4.000 ikat, untuk luas lahan 1.500 meter, dengan harga Rp 1.500 per ikatnya. Untuk terong, dengan panen 5 hari sekali, bisa menghasilkan lima kantong plastik premium nylon bag beras 5 kilogram, seharga Rp 100 ribu per kantong.

Nana menyampaikan, program yang berada di Desa Gempol Sari, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Banten ini, juga sangat didukung oleh Direktur IZI, Wildhan Dewayana. “Beliau minta dikembangkan dan diperluas, agar penerima manfaatnya pun semakin banyak,” kata dia menutup keterangannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement