REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Achmad Satori Ismail
Allah berfirman: Jika kamu memberikan balasan, balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi, jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar”. (QS an-Nahl [16]: 126).
Menegakkan kisas merupakan akhlak hasanah yang menunjukkan kesamaan di antara manusia untuk menegakkan keadilan di dunia. Agama Islam adalah agama kekuatan dan keadilan. Suatu kejahatan boleh dibalas dengan kejahatan serupa. (QS asy-Syuura [42]: 40).
Menilik penjelasan ayat di atas, ada empat macam tingkatan akhlak dalam Islam. Pertama, akhlak sayyiah (tercela). Yaitu, semua yang dilarang Islam berupa keburukan atau kejahatan yang merugikan manusia dan kehormatannya, atau yang dianggap merusak makhluk secara umum dalam pandangan Alquran dan sunah. Di antara akhlak sayyiah adalah menggunjing, mengadu domba, dan menipu.
Kedua, akhlak hasanah (baik), adalah akhlak di mana kebaikan dibalas dengan kebaikan dan kejahatan dibalas dengan kejahatan yang serupa. Seperti si Negro yang ingin menegakkan keadilan dengan memberlakukan kisas atas Jabalah bin Ayham yang bangsawan.
Ketiga, akhlak karimah (mulia), yaitu berperilaku sebagaimana yang diperintahkan Islam. Akan tetapi, bila ditimpa kejahatan oleh orang lain, ia tidak membalas. Walaupun mampu membalasnya, ia justru memaafkan. Akhlak mulia ini ditegaskan QS asy-Syuura ayat 40.
Ditegaskan dalam firman lain, dalam QS Al Maidah ayat 45. Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (Taurat), bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barang siapa yang melepaskannya (hak kisas), maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya.
Keempat, akhlak adzimah (agung). Kalau pada akhlak karimah, ketika mendapat keburukan dari orang lain, cuma sampai tingkat memaafkan orang tersebut. Tapi, akhlak adzimah meningkat lebih tinggi, yaitu dengan berbuat baik kepada orang jahat tadi, sebagaimana diterangkan pada ayat 40 surah asy-Syuura.
Rasulullah SAW setiap melewati rumah seorang Yahudi sering dijahati dengan diludahi kepala dari atas rumahnya. Maka, Rasulullah SAW saat melewati rumah si Yahudi selalu memakai serban supaya ludahnya tidak mengenai kepalanya tapi kena serbannya. Suatu saat Rasulullah merasa tidak diludahi Yahudi tadi. Ternyata, dia sakit. Rasulullah SAW memaafkan si Yahudi mal’un, dan bahkan menengoknya saat sakit. Si Yahudi pun akhirnya masuk Islam melalui akhlak agung yang ditampilkan Rasulullah SAW.
Ini adalah contoh akhlak adzimah yang dipuji Allah. Sesungguhnya, kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (QS al-Qalam [68]: 4). Kita sebagai umat Islam dituntut untuk menampilkan akhlak mulia dan agung ini agar Islam tersebar ke seluruh dunia, dan sulit bagi musuh-musuh Islam untuk melemparkan tuduhan bahwa kita adalah umat penebar kejahatan. Walaupun tuduhan tersebut jauh dari kebenaran, umat Islam tidak boleh terprovokasi oleh penjahat untuk melakukan pengrusakan di atas bumi. Sebab, para musuh menghendaki agar citra Islam buruk di hadapan umat manusia di dunia. Wallahu a’lam.