REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peradaban Islam mulai tumbuh dan menyebar di anak benua India pada masa Khalifah al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah melalui ekspedisi yang dipimpin panglima Muhammad bin Qasim. Saat itu, imperium Islam berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu dan mengislamkan sebagian masyarakat India pada 1020 M.
Setelah Dinasti Gaznawi hancur, muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India. Sebut saja Dinasti Mamluk, Khalji, Tuglug, dan Dinasti Lodi yang didirikan Bahlul Khan Lodi. Hadirnya Kerajaan Mughal membentuk sebuah peradaban baru di daerah yang saat itu mengalami kemunduran dan keterbelakangan.
Kerajaan Mughal yang bercorak Islam mampu membangkitkan semangat umat Islam di India. Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, kerajaan ini justru bersinar dan berjaya. Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan kedua setelah kejayaan Dinasti Abbasiyah.
Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530 M) adalah raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal kepemimpinannya, Babur masih menghadapi ancaman pihak musuh, utamanya dari kalangan Hindu. Orang-orang Hindu yang tak menyukai Kerajaan Mughal segera menyusun kekuatan gabungan, tapi Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran. Pada 1530 Babur meninggal dunia, usai menumpas perlawanan Muhammad Lodi di dekat Gogra, setahun sebelumnya.
Pengganti Babur adalah adalah putranya sendiri, Nashirudin Humayun (1530-1556 M). Pada masa ini kondisi Kerajaan Mughal tidak stabil karena mengalami sejumlah perlawanan. Puncak kejayaan Kerajaan Mughal terjadi pada masa pemerintahan Putra Humayun, Akbar Khan (1556-1605 M). Karena wilayah kekuasaannya yang sangat luas, Akbar menjalankan pemerintahannya secara militeristis. Selain itu, Akbar juga menerapkan kebijakan politik sulakhul (toleransi universal). Artinya, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan oleh perbedaan etnis dan agama.
Kemajuan yang dicapai Akbar masih dapat dipertahankan tiga penguasa setelahnya; Jahangir (1605-1628 M), Shah Jahan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M). Shah Jahan, putra Jahangir, memerintahkan pembangunan Taj Mahal antara 1631-1643 M di Kota Agra. Taj Mahal, istana nan indah ini, dibangun selama 12 tahun, berdiri di tepi Sungai Jamuna. Taj Mahal adalah warisan abadi Dinasti Mughal yang dapat dinikmati hingga kini.
Sepeninggal Aurangzeb, takhta kerajaan dipegang putra tertuanya, Bahadur Syah. Bahadur adalah penganut Syiah. Dalam lima tahun pemerintahannya, ia dihadapkan pada perlawanan Sikh dan perlawanan penduduk Lahore. Ini terjadi karena Bahadur terlampau memaksakan ajaran Syiah kepada mereka. Mulai saat inilah Dinasti Mughal memasuki masa-masa kemunduran.
Kemunduran ini ditandai dengan konflik di internal keluarga kerajaan. Hampir semua keturunan Babur memiliki watak yang keras dan ambisius, sebagaimana nenek moyang; Timur Lenk. Perebutan kekuasaan mewarnai perjalanan Dinasti Mughal yang menyebabkan perang saudara berkepanjangan. Faktor lain yang sangat berpengaruh dalam mempercepat kehancuran Mughal adalah serangan dari luar. Mulai dari serangan Dinasti Safawi (Persia), ketegangan dengan Afghanistan, hingga pemberontakan Hindu. Keruntuhan Mughal juga dipengaruhi faktor ekonomi karena jalur-jalur perdagangan mulai dikuasai Barat.
Warisan Mughal
Begitu banyak peninggalan bersejarah yang didirikan Dinasti Mughal selain Taj Mahal. Sebut saja istana atau Kota Fatehpur Sikri. Bangunan bersejarah bercorak Hindu dan Islam ini dibangun Akbar pada 1569 M. Bangunan ini didirikan untuk mengenang seorang sufi dan wali Allah bernama Hazrat Salim Christi. Di kota ini pula terdapat sebuah masjid agung dan Buland Darwaza (Pintu Tinggi) yang dikenal sangat indah.
Dinasti Mughal juga meninggalkan Benteng Merah atau Lal Qila. Pada 1638 Syah Jahan merancangnya sebagai benteng, istana, sekaligus taman yang indah. Di dalam benteng itu terdapat bangunan istana berhiaskan aneka lukisan dan ornamen kaca, paviliun, jalanan lebar, pasar, tempat ibadah, tempat tinggal istri raja, dan tempat pemandian anggota keluarga raja.
Masjid yang terkenal di dalam Benteng Merah adalah Masjid Moti atau Masjid Mutiara. Masjid itu dibangun pada 1659 oleh Aurangzeb, penerus Syah Jahan. Masjid Moti memiliki tiga buah kubah berukuran kecil berhiaskan marmer putih. Arsitektur lain yang menonjol dari bangunan masjid ini adalah desain lengkung yang menghiasi tiga buah lorong yang meghubungkan bagian ruang utama masjid dengan halaman. Aurangzeb juga membangun Masjid Badsyahi yang terletak di sebelah barat Benteng Lahore.
Selain peninggalan sejarah berupa bangunan, Dinasti Mughal juga meninggalkan karya sastra yang indah. Kitab Akbar Nama dan Ain-i-Akhbari karya Abu Fadhl, misalnya, memaparkan sejarah Kerajaan Mughal berdasarkan figur pemimpinnya. Sastrawan Mughal terkenal lainnya adalah Malik Muhammad Jayashi dengan karya monumental, Padwavat. Sebuah karya alegoris yang mengandung kebajikan jiwa manusia.
Di bidang Militer, pasukan Mughal dikenal sebagai pasukan yang kuat. Mereka sendiri terdiri atas pasukan gajah, berkuda, dan meriam. Wilayahnya dibagi dalam sistem distrik-distrik. Setiap distrik dikepalai sipah salar dan subdistrik dikepalai faujdar. Dengan sistem inilah pasukan Mughal berhasil menaklukkan daerah-daerah di sekitarnya.
Kontribusi Mughal di bidang ekonomi adalah memajukan pertanian, terutama untuk tanaman padi, kacang, tebu, rempah-rempah, tembakau, dan kapas. Pemerintah membentuk lembaga khusus untuk mengatur masalah pertanian.
Dinasti Mughal juga banyak memberikan sumbangsih di bidang ilmu pengetahuan. Sejak berdirinya kerajaan itu, banyak ilmuwan yang datang ke India untuk menuntut ilmu. Bahkan, istana Mughal pun menjadi pusat kebudayaan. Hal ini terjadi karena ada dukungan dari penguasa, bangsawan, dan ulama. n