Senin 17 Jun 2019 19:49 WIB

Mengetuk Hati Umat untuk Berzikir

Ustaz Arifin menggunakan metode dakwah dengan cara berzikir.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Ribuan jemaah melaksanakan salat jenazah almarhum Ustaz KH Muhammad Arifin Ilham di Masjid Az-Zikra, Sentul, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (23/5/2019).
Foto: ANTARA
Ribuan jemaah melaksanakan salat jenazah almarhum Ustaz KH Muhammad Arifin Ilham di Masjid Az-Zikra, Sentul, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (23/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kemunculan Majelis Az- Zikra di Tanah Air tidak terlepas dari peran dakwah Almarhum Ustaz Ari fin Ilham dan beberapa orang terdekatnya. Ustaz kharismatik ini mulai memperkenalkan majelis zikirnya tersebut pada 1997 di Masjid Al-Amru Bittaqwa, Mampang Pancoran Mas, Kota Depok.

Salah satu pendakwah yang mendampingi Ustaz Arifin Ilham dalam mendirikan Majelis Az-Zikra, Ustaz Abdul Syukur Yusuf, menceritakan pengalaman merintis majelis tadi. Perkumpulan ini didirikan Ustaz Arifin saat Indonesia mengalami krisis moneter pada 1997-1998 yang berdampak terhadap kehidupan sosial masyarakat Indonesia.

Kemunculan sang dai yang terkenal dengan zikir ini hampir bersamaan dengan kehadiran pendakwah kondang lainnya, seperti Abdullah Gymnastiar (AA Gym) dengan Manajemen Qalbu-nya, motivator Ary Ginanjar Agustian dengan ESQ-nya, dan Syafi'i Antonio dengan gerakan ekonomi syariahnya.

Ustaz Syukur mengatakan, saat Indonesia mengalami krisis ekonomi, masyarakat Indonesia pun banyak mengalami kegalauan spiritual, sehingga banyak pendakwah yang mencari metode untuk mengatasinya. Sementara, Ustaz Arifin menggunakan metode dakwah dengan cara berzikir yang berhasil mengetuk hati umat Islam.

Zikir secara lahir adalah ungkapan kecintaan dan kepasrahan kepada Allah. Secara batin, frasa yang terungkap itu menyucikan hati dan mengisinya dengan kerinduan kepada Allah dan mengharap syafaat sang Rasul.

"Sensasi berzikir itu beda banget. Kalau ceramah pasti monoton. Orang hanya menjadi pendengar. Kalau berzikir, semua nya ikut serta, ujar Ustaz Syukur saat ditemui Republika di ruangan Abdul Rahman Masjid Az-Zikra, Sentul, Bogor, Senin (10/6).

Saat masyarakat Indonesia mengalami kegalauan, Allah kemudian membimbing Ustaz Arifin untuk menghidupkan kembali tradizi zikir tersebut. Tradisi yang sudah ada sejak era Rasulullah yang kemudian dibudayakan dan didakwahkan kaum sufi ini menjadi metode yang tepat untuk mengenalkan dan menyegarkan pemahaman tentang Islam kepada masyarakat luas. Kegiatan zikir yang menjadi ruh Majelis Az-Zikra makin digiatkan agar hubungan umat Islam dengan Allah terus terjaga.

Hati menjadi tenang. Emosi terjaga. Akhlak terpuji menjadi acuan. Sehingga, manusia menjadi akrab dengan segala ciptaan Allah yang ada di sekitarnya, ucap Ustaz Syukur.

Sebelum mendirikan Majelis Az-Zikra, Ustaz Arifin juga sempat mendapatkan pengalaman spiritual, tepatnya setelah Ustaz Arifin dipatok ular berbisa. Sang pendakwah satu ini dikenal sebagai penyayang semua binatang, salah satunya adalah ular. Bahkan, sang alim sudah memelihara ular sejak masih bujangan. "Namanya Fiqo sama Fiqi dulu," ucapnya.

Namun, suatu waktu, ada ular lain yang akan dipindahkan ke sebuah keranjang. Salah seorang teman Ustaz Arifin Ilham yang memegang keranjang tersebut kemudian kaget lantaran takut, sehingga ular berbisa itu pun menggigit Ustaz Arifin Ilham dan mengalami koma selama 21 hari.

"Salah satu yang beliau alami di alam koma itu pengalaman spiritual. Jadi, ada di satu daerah, orang pakaian putih semua di masjid. Datanglah beliau, didaulatlah beliau sebagai imam dan diminta memimpin zikir, sampai tenggelam ke bumi, kemudian keluar lagi," ungkapnya.

Ustaz Syukur mengatakan, pengalaman spiritual itulah yang kemudian memicu Ustaz Arifin untuk terus mengajak masyarakat selalu berzikir hingga mendirikan Majelis Az-Zikra. Selain itu, kata dia, dalilda lil tentang zikir juga telah secara jelas disebutkan dalam Alquran dan hadis Nabi sehingga Ustaz Arifin pun memilih untuk ber dakwah lewat zikir. Apalagi, Ustaz Arifin juga merupakan keturunan kedelapan dari Syekh Muhammad Arsyad al- Banjari.

Jadi, kalau diurut-urut trah zikirnya sudah ada, trah tasawufnya sudah ada. Tapi, hebatnya beliau de ngan ketawadhuannya tidak ingin me nyebut itu di hadapan orang, bah wa beliau keturunan al-Banjari, ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement