Sabtu 08 Jun 2019 00:43 WIB

Tiga Kiat Konsisten Berbuat Baik Usai Ramadhan

Berikut tiga kiat agar diri tetap istikamah atau konsisten setelah lewat Ramadhan

Ilustrasi Ramadhan
Foto: Pixabay
Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan suci Ramadhan telah meninggalkan kita. Ramadhan dapat diibaratkan suatu madrasah yang amat istimewa. Selama satu bulan penuh, umat Islam dididik, dilatih, dan dibimbing untuk menjadi insan yang bertakwa.

Kini, Ramadhan telah lewat. Namun, idealnya kebiasaan-kebiasaan baik yang giat kita lakukan selama Ramadhan tidak ditinggalkan begitu saja. Kualitas dan kuantitas ibadah hendaknya diteruskan secara istikamah.

Baca Juga

Berikut ini beberapa kiat supaya kita dapat selalu konsisten dalam kebaikan pasca-Ramadhan.

Pertama, kuatkan tekad. Rasul SAW bersabda, "Sesungguhnya setiap amal bergantung pada niatnya." Karena itu, pasang niat baik-baik. Tuluskan hati untuk beribadah kepada Allah SWT semata. Setiap amal yang tidak diniatkan untuk Allah hanya menjadi sia-sia.

 

Niatkan dengan tulus karena Allah untuk menjaga, bahkan meningkatkan kebiasaan baik kita di luar bulan Ramadhan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits “innamal a’maalu bin niyyah”, sesungguhnya amal itu tergantung dengan niat. Amal yang tidak diniatkan karena Allah hanya akan menjadi sia-sia.

Kedua, rancang target dan agenda. Dalam suatu hadis riwayat Aisyah, Rasulullah SAW bersabda, "Amalan yang disukai Allah adalah yang dikerjakan secara berkelanjutan, meskipun sedikit." Di samping itu, setiap orang memiliki kemampuan masing-masing. Karena itu, penting untuk menetapkan suatu target yang sesuai dengan daya jangkau dan waktu kita. Hanya saja, aspek kontinuitas juga sama pentingnya.

Sebagai contoh, rutin membaca Alquran satu halaman per hari. Itu mungkin lebih ideal daripada membaca Alquran satu juz tiap beberapa pekan yang tak pasti dan kadang bisa terlupa.

Contoh lainnya, bersedekah rutin setiap hari dari kelebihan rezeki yang ada. Hal itu mungkin lebih baik daripada sedekah dalam jumlah besar, tetapi dilakukan dalam jangka waktu yang tidak menentu. Kebiasaan bersedakah rutin akan membuat hati lebih lembut dan membangun perasaan empati terhadap sesama.

Ketiga, berdoa kepada Allah. Rasul SAW seperti diriwayatkan Ummu Salamah kerap bermunajat, "Yaa Muqollibal quluub tsabbit qolbii 'alaa diinik" ('Wahai Zat yang Maha Membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku di atas agama-Mu'). Doa ini sangat relevan bagi kita yang ingin konsisten melanjutkan kebiasaan-kebiasaan baik pasca-Ramadhan. Sebab, adakalanya iman pasang-surut, kadang kuat, tetapi kadang pula lemah. Doa ini juga menjadi pengingat bagi kita untuk kembali pada niat semula.

Ihwal doa ini juga tidak lepas dari harapan agar seluruh amal ibadah kita selama Ramadhan diterima oleh Allah SWT. Ulama dari generasi tabiit-tabi'in, Mu'alla bin al-Fadhl, pernah mengatakan, "Dahulu, para sahabat Nabi SAW selama enam bulan sebelum datangnya Ramadhan berdoa kepada Allah agar Dia berkenan mempertemukan Ramadhan dengan mereka. Kemudian, selama enam bulan lewat Ramadhan, mereka juga berdoa kepada Allah agar Dia menerima amal mereka selama Ramadhan.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement