REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Makmun Nawawi
Sebelum pergi menemui Rabbnya, Abu Bakar berucap kepada keluarganya, "Sejak diangkat menjadi pemimpin kaum Muslimin, kami sungguh tak pernah makan dinar ataupun dirham mereka.
Kami hanya makan tepung kasar untuk perut kami. Kami juga hanya memakai pakaian kasar untuk tubuh kami. Maka, perhatikanlah, jika ada yang lebih pada hartaku, sejak aku menjadi khalifah, ambillah ia dan serahkanlah kepada khalifah sesudahku."
Aisyah RA bercerita, "Ketika Abu Bakar meninggal, kami memeriksa warisan yang ia tinggalkan. Ternyata, kami hanya mendapati seorang hamba sahaya, seekor unta pengangkut air, dan baju usang yang harganya hanya lima dirham.
Maka, kami menyerahkannya kepada Umar. Melihat barang-barang itu, meneteslah air mata Umar, seraya berkata, 'Wahai Abu Bakar, engkau telah menjadikan khalifah sesudah engkau susah untuk menirumu!' Lalu, Khalifah Umar menyerahkannya ke baitulmal."
Banyak pemimpin di dunia modern meninggal dengan cara tragis karena dibelit oleh berbagai macam kasus. Bahkan, tak jarang, begitu lengser mereka langsung menjadi tersangka atau terpidana karena sejumlah delik kejahatan.
Abu Bakar dapat menjadi sosok yang hendaknya ditiru. Kesalehan dan kesederhanaan yang indah dicontohkan kepada penerusnya.
Contoh lain diberikan Umar bin Abdul Aziz, tokoh yang sering disebut sebagai Khalifah Rasyidin kelima.
Konon, sesudah shalat Isya, biasanya Umar bin Abdul Aziz pergi menemui putri-putrinya dan mengucapkan salam kepada mereka. Suatu malam, mereka merasa ayahnya tengah memasuki ruangan mereka. Kemudian, mereka berpura-pura memasukkan tangan mereka ke dalam mulutnya, lantas cepat-cepat pergi.
Umar bin Abdul Aziz agak heran melihat sikap putri-putrinya yang tak biasanya begitu. Maka, ia bertanya kepada pembantunya, "Mengapa mereka meninggalkan tempatnya?" Pembantunya menjawab, "Karena mereka tak mempunyai makanan selain dari kacang adas dan bawang, dan mereka tak ingin Baginda mengetahui hal ini."
Mendengar penuturan pembantunya tentang putri-putrinya itu, Umar bin Abdul Aziz menangis. Lalu ia berkata, menjelaskan kepada putri-putrinya, "Wahai putri-putriku tersayang, apalah artinya kalian makan bermacam-macam penganan yang lezat dan gurih kalau nantinya bisa mengantarkan ayah kalian ke dalam lembah api neraka."
Mendengar penuturan ayahnya itu, mereka pun ikut menangis terharu dan menyadari beratnya tanggung jawab ayahnya sebagai kepala negara Islam.