Jumat 10 May 2019 07:31 WIB

Orang Beruntung

Orang yang beruntung adalah mereka yang beriman dan beramal saleh.

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Hasan Saputra

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya menaati ke benaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran" (QS al Ashr [103]: 1 – 3).

Pada surah al-Ashr, kita memahami bahwa orang tidak akan merugi jika beriman (mengaktifkan hati), mengerjakan amal saleh (mengaktif kan pancaindra/fisik), dan saling me nasihati supaya menaati kebe naran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran (mengaktifkan akal se banyak dua kali). Berdasarkan su rah al-Ashr, manusia tidak akan me rugi jika mengaktifkan tiga antena manu sia, yaitu hati, pancaindra, dan akal.

Dalam cara berpikir suprarasional, tiga antena ini membentuk bangunan tiga dimensi virtual yang ber fungsi sebagai wadah rezeki untuk menampung rezeki yang datangnya dari langit (rahmat Allah). Jika sese orang imannya kuat, banyak melaku kan amal saleh, dan konsisten saling menasihati dalam ketaatan dan kesa baran, wadah rezekinya akan besar sehingga rezeki yang diperoleh atau yang dimilikinya pasti besar. Orang yang seperti ini walaupun tidak ter lihat bersusah payah dalam mencari nafkah, rezekinya pasti banyak.

Sebaliknya, jika orang tersebut imannya lemah, amal salehnya sedikit, dan jarang saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, wadah rezeki orang tersebut akan sedikit sehingga rezeki yang diperoleh atau dimilikinya akan sedikit pula. Orang seperti ini walaupun kerja susah payah membanting tulang siang dan malam, rezeki yang diperolehnya pasti sedikit. Orang seperti ini ter masuk orang yang merugi karena usaha kerasnya tidak menghasilkan sesuatu sesuai harapan karena wadah reze kinya kecil.

Fakta seperti ini sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita pahami lebih jauh, wadah rezeki itulah sebenarnya penentu besar atau kecilnya rezeki yang akan diterima, bukan dari usaha atau kerja kerasnya dalam mencari nafkah. Oleh karena itu, marilah kita berlombalom ba untuk memperbesar wadah rezeki ini melalui aktivitas beramal saleh dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Rezeki ini tidak harus berupa uang, pangkat, atau jabatan. Rezeki bisa juga berupa anak yang saleh dan pintar, keluarga sehat dan bahagia, dimudahkan dalam berbagai urusan, dll.

Hal yang jauh lebih penting, wa dah rezeki yang dimaksud dalam tulisan ini bukan hanya untuk menampung rezeki untuk bekal kepentingan dunia, melainkan juga untuk bekal kehidupan akhirat. Makin banyak rezeki yang ditampung melalui berbagai amal ibadah, akan makin banyak bekal yang dimiliki untuk kehidupan akhirat.

Jika seorang Muslim ingin mem buat wadah rezekinya mem besar de ngan cepat agar bekal hidup yang di milikinya banyak, yang harus dilaku kan adalah melakukan perbuatan baik secara berjamaah dan untuk kepentingan orang banyak serta dilakukan pada waktu di mana pintu rahmat dibuka sebesar-besarnya, yaitu pada bulan Ramadhan. Mari manfaatkan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya agar kita tidak menjadi orang yang merugi atau menjadi orang beruntung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement