Jumat 03 May 2019 23:30 WIB

Puasa dan Cinta

Puasa mengajak manusia untuk mendengarkan hati nurani

Puasa Ramadhan (ilustrasi)
Puasa Ramadhan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Abdul Muid

"Hubb berakar dari kata Hababul Maa`yang berarti 'air bah besar.' Cinta dinamakan mahabbah karena ia menaruh kepedulian yang paling besar dari cita hati." Demikian dikutip dari Al-Qusyairi, Risalah Qusyairiyah.

Baca Juga

Di sisi lain, puasa dapat dipandang sebagai suatu tradisi. Dalam definisi Abed al-Jabiri, hal itu berarti "sesuatu yang hadir dan menyertai kekinian kita, yang berasal dari masa lalu, apakah masa lalu kita atau orang lain, ataukah masa lalu tersebut adalah masa lalu yang jauh maupun dekat."

Puasa adalah salah satu bentuk tradisi kuno yang punya daya resistensi sangat kuat. Betapa tidak? Ritual ini diperkirakan telah eksis sejak unsur kemanusiaan muncul kali pertama di muka bumi. Setiap bangsa di dunia punya tradisi semacam ini dalam formatnya masing-masing.

Pernahkan Anda membayangkan daftar tradisi yang sedemikian kuat mengakar dalam diri manusia dan kemanusiaan? Puasa pasti termasuk di dalam daftar itu. Puasa punya daya fungsi nyata yang tidak goyah ditelan badai zaman.

Salah satu hikmah penting puasa adalah memupuk benih rasa kasih sayang dan cinta; rasa yang menjadi asas kuat bagi berlangsungnya kehidupan. "Di mana ada cinta, di situ ada kehidupan," kata Mahatma Gandhi.

Berlapar dan berdahaga sepanjang hari mengasah sudut kepekaan rasa untuk dapat menyelami keadaan kaum dhuafa yang setiap detik hidupnya dimuati kesengsaraan.

Puasa mengajak manusia untuk mendengarkan bisikan nurani terdalamnya, mengetuk pintu kearifannya, dan menstimulasi potensi ilahiyahnya demi menerima dengan baik sinyal-sinyal kepekaan terhadap kondisi sesama dan selanjutnya direproduksi ke dalam perilaku sehari-hari yang senantiasa diwarnai oleh cinta kasih dan perdamaian.

Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad saw berpesan, "Tidak dianggap beriman salah seorang di antara kamu jika tidak mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri."

Betapa dalam makna cinta dan kasih sayang sehingga Nabi menjadikan cinta kepada sesama yang mengambil jalur horizontal sebagai barometer iman yang jalurnya vertikal. "Kehidupan tanpa cinta, bagaikan pohon tanpa bunga," kata Kahlil Gibran.

Dengan berkah Ramadhan, harapannya adalah Allah menyemai benih cinta di antara kita. Ya, sebentar lagi kita akan menyambut datangnya bulan suci itu.

Sebab cinta, kata Ma`ruf al-Karkhi, tidak dapat dipelajari manusia; ia merupakan anugerah Tuhan dan datang atas kasih-Nya.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement