REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sejumlah tokoh agama menyerukan kendali kerusakan (damage control) usai prosesi Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 seiring adanya petanda beberapa unsur masyarakat belum kunjung bergerak dari perselisihan polemik pencoblosan.
"Bagaimana kita bersama-sama melakukan damage control pascapemilu dengan kondisi yang aman baik dunia nyata maupun maya," kata Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Imam Pituduh di Jakarta, Kamis (2/5).
Pada dialog bertema "Merawat Kerukunan Pasca-Pemilu 2019", Imam mengatakan di era Revolusi Industri 4.0 perselisihan soal Pemilu tidak hanya di dunia nyata tapi juga di dunia maya.
Maka, dia mengajak siapapun untuk bisa berkontribusi di dua dunia itu agar mengisi dengan materi positif yang tidak mengadu domba.
"Karena kita di era digital sehingga semua hadir di media sosial untuk bisa menjaga Indonesia agar konten positif membanjiri jangan yang provokatif," kata dia.
Di tempat yang sama, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP), Syafiq Mughni, mengatakan Pemilu serentak saat ini terindikasi menguras tenaga masyarakat ke arah yang kurang produktif.
Menurut dia, kini sudah saatnya masyarakat kembali merajut kebersamaan setelah sekian lama bergelut dalam perbedaan sikap dan pilihan politik.
"Kami ingin bersuara mengedepankan persatuan, kesatuan dan keutuhan bangsa kita. Indonesia telah berhasil mengelola perbedaan dan jangan berhenti," kata dia.
Ketua Bidang Ideologi dan Kesatuan Bangsa Parisada Hindu Dharma Indonesia, Nyoman Udayana Sangging, mengatakan kini saatnya setiap unsur masyarakat kembali berkontribusi untuk kemajuan bangsa siapapun pemenang kontestasi Pemilu 2019.
"Bagaimana kita merawat kerukunan umat beragama pascapemilu, yang semula petani kembali lagi, yang berdagang kembali lagi seperti semula, yang lain juga. Kita berdoa pascapemilu kita tetap dalam perdamaian," kata dia.