REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Achmad Satori Ismail
Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat menerima ruh seorang yang telah meninggal dari orang-orang terdahulu sebelum kamu, lalu bertanya, 'Apakah kamu telah berbuat baik?' Ruh orang itu menjawab, 'Tidak.'
Malaikat bertanya lagi, 'Coba ingat kembali.' Ruh orang itu menjawab, 'Dulu aku sering memberi utang pada orang lain, lalu aku perintahkan anak-anakku untuk menagih mereka. Bila yang ditagih kesulitan, kami memberikan waktu untuk menunda pembayarannya, tetapi bila yang berutang itu kaya (dan belum mau bayar), maka hendaknya dimaafkan.'"
Rasulullah melanjutkan sabdanya, "Maka Allah berfirman, 'Ampunilah semua dosa-dosa dia.'" Masih ada beberapa hadis sahih yang intinya sama dengan hadis tersebut, meski memiliki redaksi sedikit berbeda. (Lihat Sunan al-Baihaqi juz V hal 365).
Hadis itu melukiskan keagungan Allah SWT dalam mengampuni dosa-dosa orang yang semasa hidupnya memudahkan orang lain atau bersikap lapang dada terhadap kesalahan orang lain.
Para ulama telah menyingkap sebagian rahasia sikap toleran dan hubungannya dengan kebahagiaan seseorang. Beberapa orang diberi pertanyaan tentang berbagai faktor yang mencerminkan kebahagiaan seseorang dalam kehidupan. Hasil riset menunjukkan bahwa orang-orang yang paling berbahagia adalah orang-orang yang paling toleran terhadap orang lain.
Lebih dari itu, riset ini mengungkap adanya hubungan erat antara sikap toleran dan penyakit jantung. Suatu hasil yang mengejutkan, ternyata orang pemaaf dan toleran terhadap kesalahan orang lain adalah orang yang tidak emosional, tidak terjangkit tekanan darah tinggi, detak jantungnya lebih teratur, dan umurnya rata-rata lebih panjang.
Mengapa demikian? Riset menunjukkan bahwa orang yang toleran dan pemaaf dianugerahi rahmat Allah. "Allah merahmati orang yang toleran ketika menjual, membeli, dan membayar utang." (HR al-Bukhari).
"Allah telah mengampuni seseorang sebelum zaman kamu sekalian karena toleran bila berjualan, mudah ketika membeli, dan gampang ketika bayar utang." (HR Tirmidzi).
Para ahli mengatakan, melupakan sesuatu yang menakutkan atau menyakitkan, lebih baik daripada menghabiskan waktu untuk memikirkan balas dendam. Memaafkan kesalahan orang lain akan melepaskan banyak beban dalam kehidupan.
Studi modern juga membuktikan bahwa sikap maaf dan toleran akan mengurangi kematian sel-sel saraf di otak dan menambah daya imunitas tubuh manusia. Islam sangat peduli pada sikap toleran dan pemaaf dalam kehidupan.
Allah menyebut diri-Nya dengan "Maha Pemaaf." (QS an-Nisa [4]:149). Dia memerintahkan Rasulullah SAW dan semua orang mukmin agar menjadikan toleran dan maaf sebagai manhaj (metode) dalam mengajak orang. "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh." (QS al-A'raf 199).
Sikap toleran juga menjadi salah satu sebab untuk mendapat ampunan Allah. "Dan, hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS an-Nur 22). Berbagai permusuhan yang terjadi di negeri ini, bentrokan antarkampung dan kerusuhan lainnya, sering disebabkan oleh dendam dan sikap tidak toleran.