REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) menerjunkan ratusan pendakwah ke pelbagai daerah pelosok di Tanah Air. Hal itu disampaikan Ketua Umum DDII KH Mohammad Siddik.
Dia menuturkan, pihaknya akan menempatkan 200 orang dai, baik pria maupun perempuan, untuk mendampingi masyarakat di wilayah pinggiran. Program ini dilakukan untuk memakmurkan bulan puasa 1440 Hijriyah.
"Melalui Program Kafilah Da’wah (Kafda), kami menempatkan 200-an dai ke pedalaman nusantara hingga ke luar negeri. Para dai tersebut berasal dari Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir dan Akademi Dakwah Indonesia (ADI),’’ ujar KH Mohammad Siddik dalam siaran persnya, Jumat (26/4).
Sementara itu, Rektor STID M Natsir Ustaz Dwi Budiman berharap, para kader DDII bisa mengambil pelajaran sebanyak-banyaknya selama mengikuti program Kafda. Mereka pun diminta untuk mempraktikkan segala kemampuan dan pengetahuannya di lapangan selama berada di tengah masyarakat sasaran dakwah dua tahun lamanya.
"Meski latihan, tetapi itulah kegiatan dakwah sesungguhnya. Karena itu, kami menyiapkan mahasiswa dengan mengikuti pelatihan selama enam semester, mulai dari mengelola pelatihan membaca quran, thibun nabawi sampai program memandikan jenazah," ujar Ustaz Dwi, Jumat (26/4).
Dia pun mengamanatkan kepada para dai untuk menjaga niat dan keikhlasan dalam berdakwah. Setiap tantangan dan godaan yang dapat menjerumuskan mereka hendaknya dihindari. Dengan begitu, mereka dapat menyampaikan dakwah Islam kepada penduduk setempat dengan cara sebaik-baiknya.
Dalam hal ini, DDII berkolaborasi dengan Badan Dakwah Islam (BDI) Baituzzakah Pertamina (BAZMA). Menurut Ketua BDI BAZMA Dasril Saputra, pihaknya berharap para dai yang diterjunkan ke daerah-daerah pelosok mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat setempat, yang boleh jadi memiliki kemajemukan.
Dia percaya, para pendakwah selalu mengedepankan akhlak yang baik serta membawa kesejukan di tengah masyarakat. Dengan begitu, para penerima dakwah akan kian semangat dalam mendalami ilmu-ilmu agama.
"Ustaz menjadi gambaran indah bagi masyarakat di sekitarnya. Jika keindahan ini dirusak, maka rusaklah semuanya," kata Dasril.